JAKARTA, iNewsBekasi.id - Terdapat satu pulau yang cukup berbahaya bagi banyak orang. Di mana pulau kecil serta indah yang tersembunyi di kawasan India ini dihuni kelompok warga terasing.
Di mana penghuni pulau ini bakal memanah siapa saja orang luar dari pulau itu. Bahkan, mereka tak menerima dunia luar dan hidup primitif.
Penasaran ingin tahu pulau tersebut dan dihuni oleh kelompok masyarakat seperti apa? Berikut ulasannya dirangkum pada Rabu (21/12/2022).
Pernahkah Anda mendengar tentang suku Sentinel? Jika ya Anda perlu melanjutkan membaca artikel berikut ini, karena kemungkinan ada banyak hal-hal mengejutkan yang belum diketahui tentang suku Sentinel.
Suku Sentinel memang unik. Mereka adalah kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar. Bahkan, tega memanah setiap orang asing yang berkunjung ke pulau Suku Sentinel berada.
Suku Sentinel mendiami pulau yang ada di gugusan Kepulauan Andaman di Teluk Benggala. Letak pulau ini berada di sebelah barat bagian selatan Pulau Andaman Selatan. Bisa dikatakan masih di kawasan India.
Keturunan langsung dari populasi manusia pertama di Afrika
Meskipun Kepulauan Sentinel Utara adalah bagian dari negara India, uniknya suku yang mendiami pulau ini bukanlah suku asli India, Ada berbagai macam versi yang diketahui tentang asal suku ini
Melansir dari The News Minutes, menurut Survival International, gerakan global untuk hak-hak suku bangsa, Sentinel diyakini sebagai keturunan langsung dari populasi manusia pertama di Afrika dan diperkirakan telah menghuni Pulau Sentinel Utara di Andaman selama sekitar 60.000 tahun.
Mereka dikenal sebagai orang-orang yang ‘tidak bisa dikontak’. Sangat sedikit yang diketahui tentang Suku Sentinel, di mana pengamatan banyak dilakukan dalam jarak jauh, karena suku ini terus menolak untuk berhubungan dengan dunia luar atau bahkan peradaban lainnya. Suku ini hidup layaknya orang-orang pada zaman batu. Mereka masih membuat alat dan senjata dari logam, yang mereka peroleh dari kapal karam di sekitar Pulau Sentinel Utara.
Salah satu cerita yang paling terkenal tentang kekejaman Suku Sentinel untuk tidak melakukan kontak dengan orang di luar suku mereka adalah, ketika seorang pria bernama John Chau seorang misionaris yang berasal dari Alabama, Amerika Serikat datang ke Pulau Sentinel Utara mencoba untuk menyebarkan agama Kristen kepada orang-orang suku Sentinel, namun naas perjalanan tersebut justru membawa menuju kematian.
Tak hanya John Chau, beberapa orang yang pernah menyinggahi pulau tersebut juga didapati dua jenazah bahkan setelah pulau ini dilanda tsunami, helikopter yang terbang di dekat pulau ini pernah mendapat ancaman dari orang-orang suku Sentinel menggunakan anak panah dan tombak.
Cara bertahan hidup primitif
Untuk bertahan hidup, suku Sentinel menggunakan metode dasar untuk makan makanan. Mereka berburu binatang menggunakan busur dan anak panah, bertahan hidup dengan kepiting bakau dan berbagai makanan laut. Suku Sentinel bahkan tidak tahu cara menyalakan api. National Geographic Society yang pernah mengunjungi pulau itu pada tahun 1974 menemukan orang-orang dari suku Sentinel yang tengah mengais logam untuk membuat alat dan senjata.
Bahasa Suku Sentinel
Bahasa suku Sentinel berbicara dengan bahasa yang belum pernah manusia pelajari. Di mana suku Sentinel berbicara dengan bahasa mereka sendiri dan tidak ada yang bisa menerjemahkan bahasa mereka. Berdasarkan beberapa video yang beredar di beberapa akun YouTube channel, ciri fisik suku ini menunjukkan kemiripan dengan suku tetangga yaitu suku Jarawa.
Mendiami pulau yang indah
Meskipun suku Sentinel masih sangat primitif, mereka mendiami pulau yang sangat indah. Air laut yang jernih di sekitarnya serta vegetasi pulau yang tumbuh dengan subur dan sangat hijau. Karena hampir tak adanya manusia luar yang menjamah kepulauan ini sudah tak diragukan lagi tentang keaslian pulau Sentinel Utara. Terlebih lagi, suku Sentinel yang menggantungkan hidupnya pada alam sekitar yaitu tumbuh-tumbuhan dan hasil laut sekitar.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul "Inikah Pulau Paling Menakutkan di Dunia? Dihuni Orang yang Terasing dan Berbahaya".
Editor : Eka Dian Syahputra