KARAWANG, iNews.id - Kasus pelecehan seksual hingga kekerasan seksual semakin ramai terjadi. Bagi penyintas atau korban pelecehan seksual saat ini sudah bisa langsung melaporkan kejadian yang pernah dialami lewat media sosial.
Menjelang akhir tahun 2021, kasus pelecehan seksual kembali terjadi di Kabupaten Karawang.
Kali ini, seorang siswi SMK di Kecamatan Tempuran menjadi korban pemerkosaan digilir oleh empat pemuda yang notabene temannya sendiri usai dicekoki minuman keras (miras).
Tingginya angka kasus pelecehan seksual belakangan ini, mendorong Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di bawah naungan Dinas Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Karawang, tengah gencar mensosialisasikan tentang perlindungan perempuan dan anak di berbagai platform media sosial.
Dalam mengelola laporan khusus pelecehan di media sosial, P2TP2A Karawang menggandeng segenap mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) guna menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Karawang.
Relawan P2TP2A, Widodo Suwanda menuturkan, kemajuan teknologi membawa dampak positif untuk mengurasi kasus kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Karena dengan teknologi bisa memudahkan korban ataupun saksi membuat laporan.
"Saat ini kecanggihan teknologi sangat bermanfaat bagi korban, terutama untuk mencari info mengenai pelaporan kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak," ungkap Dodo kepada wartawan kemarin, Selasa (14/12/2021).
Selain tengah gencar-gencarnya mengedukasi lewat media sosial, Unit Teknis milik DP3A Karawang juga rutin menggelar sosialisasi ke sejumlah Kecamatan yang dianggap rawan tindakan kekerasan atau pelecehan seksual kepada perempuan dan anak di bawah umur.
Dodo menjelaskan, P2TP2A mempunyai satgas yang bergerak di tiap Kecamatan dan akan membantu korban maupun keluargany untuk membuat laporan.
Jika korban tidak mampu untuk membuat laporan terhadap tindakan kekerasan yang dia alami, P2TP2A Karawang bakal menjemput korban langsung ke rumahnya.
"Dalam menolong korban kekerasan atau pelecehan seksual, itu didasarkan pada rasa kemanusiaanm, Kami tidak boleh memandang Agama, Suku, Ras, dan lain sebagainya," ujar Widodo.
"Apabila korban tidak mampu datang langsung untuk melakukan pelaporan dan pendampingan, maka pengurus P2TP2A sendiri yang akan menjemput korban dari rumahnya," lanjutnya.
Mahasiswi Uniska, Elvira menuturkan, meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Karawang, bukan berarti kasus kekerasan semakin banyak. Tetapi, saat ini kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus-kasus kekerasan kepada lembaga yang berwenang semakin tinggi.
"Kami pun berusaha untuk sosialisasi dan edukasi mengenai kekerasan pada perempuan dan anak melalui media sosial," kata Elvira.
Menurut Dia, dewasa ini, media sosial dianggap sebagai media yang paling efektif untuk menyebarkan informasi.
Terlebih melihat fakta yang ada, banyak sekali korban kekerasan yang tidak berani buka suara dan melaporkan kasusnya kepada pihak berwajib. Entah itu karena mereka takut atau mendapatkan ancaman dari pelaku.
"Atau bisa jadi karena kurangnya informasi yang mereka miliki mengenai cara melaporkan dan ke mana harus melaporkan," lanjutnya.
Mahasiswi Unsika ini berharap, kasus kekerasan maupun pelecehan seksual ini dapat berkurang drastis, terutama di Karawang.
Elvira menambahkan, sosialisasi program ini digelar antara mahasiswa, juga dosen pendamping lapangan bersama P2TP2A.
"Semoga informasi mengenai pelaporan kekerasan yang dapat dilakukan melalui P2TP2A ini bisa bermanfaat untuk masyarakat," tutupnya.
Editor : Iman Ridhwan Syah