Logo Network
Network

BMKG Ungkap 4 Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia hingga Awal Tahun 2023

Binti Mufarida, MNC Portal
.
Rabu, 28 Desember 2022 | 10:34 WIB
BMKG Ungkap 4 Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia hingga Awal Tahun 2023
BMKG Ungkap 4 Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia hingga Awal Tahun 2023 . Foto: Dok. iNews.id

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Setidaknya ada empat fenomena penyebab cuaca ekstrem di RI. Di mana fenomena ini yang bikin BMKG merilis peringatan dini cuaca ekstrem sampai awal tahun 2023.

“Jadi mulai hari ini hingga 2 Januari, kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain masih sama dengan 21 Desember namun intensitas, ya intensitasnya semakin menguat,” ujar Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat Konferensi Pers secara virtual, Selasa (27/12/2022).

Dia mengungkapkan, empat dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain pertama Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir dengan potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

“Seruakan dingin Asia merupakan fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan,” kata dia.

Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut, kata Dwikorita, dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge atau arus lintas ekuatorial) yang mengindikasikan bahwa adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator.

“Dampak adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator,” paparnya.

Kedua, dia menjelaskan, adalah adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.

“Serta dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia.”

Follow Berita iNews Bekasi di Google News

Halaman : 1 2
Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.