get app
inews
Aa Read Next : Kisah Inspiratif Agus Narayana Tiwikrama, dari Atlet Voli hingga Abang None Jakarta

Jejak Perjuangan Transmigran Jawa dalam Membangun Desa Multikultural Wonomulyo, Sulawesi Barat

Sabtu, 25 Maret 2023 | 11:34 WIB
header img
Jejak Perjuangan Transmigran Jawa dalam Membangun Desa Multikultural Wonomulyo, Sulawesi Barat. (Foto: Fatiha Eros Perdana/Net Bekasi)

SULAWESI BARAT, iNewsBekasi.id - Wonomulyo merupaka sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kecamatan ini didirikan pada tahun 1937 sebagai sebuah distrik di bawah administrasi kolonial Belanda, dan pada awalnya diberi nama "Distrik".

Menurut berbagai sumber, kecamatan ini dibuka oleh para transmigran Jawa yang dibawa ke daerah tersebut oleh pemerintah Belanda pada bulan Juli 1934. Sejak saat itu, Wonomulyo telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan, menjadi sebuah daerah yang ramai dengan gabungan warisan budaya dan keindahan alam yang unik.

Awalnya, Wonomulyo dikenal sebagai District Colonie. Kemudian, namanya diganti menjadi 'Wonomoeljo', yang memiliki arti 'hutan mulia'.

Dibandingkan dengan Polewali, Wonomulyo lebih ramai karena menjadi pusat perdagangan di seluruh kabupaten.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Polewali Mandar, jumlah penduduk Wonomulyo sekitar tahun 2011 sebanyak 45.858 jiwa. Pada tahun 2021, jumlah penduduknya meningkat menjadi 51.616 jiwa.

Dari data tersebut, terlihat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah penduduk Kecamatan Wonomulyo mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sekitar 12,5 persen.

Peningkatan jumlah penduduk ini didorong oleh perkembangan ekonomi yang mendorong minat pendatang dari luar daerah untuk menetap di Wonomulyo.

Sejarah Wonomulyo mencatat bahwa pada tahun 1937, pihak kolonial ingin membangun basis pertanian dengan membuka lahan di hutan. Ribuan orang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta kemudian dikirim untuk bekerja di proyek pembukaan lahan pertanian baru tersebut.

Sejumlah pekerja yang terlibat dalam proyek pembukaan lahan pertanian di Wonomulyo pada tahun 1937 berasal dari Ambarawa, Semarang, Magelang, Kediri, Yogyakarta, dan Ponorogo.

Belanda kemudian melakukan hal yang sama pada tahun 1941, dan perkembangan Wonomulyo terus berkembang seiring dengan peningkatan jumlah penduduknya.

Wonomulyo terdiri dari 13 desa dan merupakan kecamatan dengan aktivitas ekonomi yang sangat ramai. Bahkan, tingkat kesibukannya melampaui Kota Polewali itu sendiri.

Satu hal menarik dari Wonomulyo adalah tidak pernah terjadi konflik antar etnis, justru masyarakatnya hidup berdampingan. Mayoritas masyarakat di Wonomulyo menguasai empat bahasa sekaligus, yaitu Bugis, Mandar, Makassar, dan Toraja.

Selain itu, di Wonomulyo banyak masyarakat yang membangun infrastruktur pertanian, seperti bendungan, saluran irigasi, dan jembatan. Orang-orang berdarah Jawa yang telah lama tinggal di Wonomulyo sudah menganggap daerah tersebut sebagai rumah mereka sendiri.

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak orang kelahiran Jawa yang telah meninggal dunia. Saat ini, mayoritas masyarakat di Wonomulyo memiliki darah campuran antara Jawa dan suku setempat. Mereka menggunakan bahasa Bugis, Mandar, dan Toraja dengan logat Jawa yang khas. Hal ini membuat Wonomulyo sangat unik, bukan?

Editor : Fatiha Eros Perdana

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut