get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Inspiratif Naila Musta'inah Khairunnisa, Anak Bekasi Keren Diterima di Unair Usia 16 Tahun

Kisah Khoirul Adib, Marbot Masjid yang Dapat beasiswa ke Amerika Berkat Berbakti Merawat Ibu

Senin, 21 Agustus 2023 | 08:44 WIB
header img
Kisah marbot masjid bernama Khoirul Adib dapat beasiswa kuliah di Amerika berkat berbakti merawat ibu. Foto: Kemenag.go.id

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Berikut kisah marbot masjid bernama Khoirul Adib mendapat beasiswa kuliah di Amerika Serikat. Dia sebelumnya tercatat sebagai mahasiswa Semester 5 Jurusan Teknologi Informasi Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang.  

Mata Adib berbinar ketika berbagi cerita dirinya lolos seleksi MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) Kementerian Agama dan meraih beasiswa kuliah di Amerika Serikat.

Adib dari desa paling ujung selatan Kabupaten Tuban. Bisa kuliah di kota besar seperti Semarang sebenarnya sudah luar biasa baginya. Terlebih, dirinya diterima di jurusan yang menjadi passion-nya.

"Kuliah di Semarang bagi orang desa seperti saya sudah luar biasa, apalagi bisa belajar di jurusan teknologi," ujarnya di Semarang, Sabtu 19 Agustus 2023, dikutip dari Kemenag.go.id.

Walau begitu, bukan berarti Adib tidak ingin kuliah di luar negeri. Tentu ada cita-cita, meski lebih sering dipendamnya. Dia merasa kuliah di luar negeri merupakan mimpi yang terlalu tinggi bagi seorang anak desa sepertinya.

Di Semarang, Adib adalah marbot masjid. Dia tinggal di sebuah masjid dan ikut memakmurkannya dalam beragam giat keagamaan serta sosial.  

Akan tetapi pada beberapa bulan terakhir, dia harus sering bolak balik Semang-Tuban-Semarang, menempuh jarak sekira 280 kilometer sekali jalan.

Ibunya sedang sakit, sehingga dia harus merawatnya. Beruntung sudah ada jalan tol, sehingga jarak tempuh bus makin pendek, berkisar 5–6 jam.

Tidak ada salahnya anak desa bermimpi kuliah di luar negeri. Khoirul Adib yakin bahwa rezeki sudah diatur Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tugasnya berikhtiar mencari jalan, dan saat itu yang terbayang adalah mencari beasiswa.

Gayung bersambut, jalan itu datang dalam bentuk MOSMA. Adib mengaku kali pertama mendengar info dari teman-temannya di kampus.

Dia kemudian mencari informasi di media online, dan mendapati penjelasan MOSMA merupakan program kerja sama Kemenag dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang memberi beasiswa kuliah di luar negeri. Ini menjadi bagian dari implementasi program Beasiswa Indonesia Bangkit.

Adib merasa ini menjadi peluang baginya untuk merengkuh asa. Semua proses dilengkapi untuk memastikan dia bisa mendaftar.

"Saya tertarik mempelajari dan mendaftar. Lika-liku perjalanannya saya lalui untuk bisa ikut mendaftar program tersebut," ungkapnya.

"Ini bukan semata tentang mimpi saya, tapi juga harapan orang tua," imbuhnya. 


Pendaftaran dibuka 15 Juni–5 Juli 2023. Total ada 451 pendaftar, memacu Adib untuk bersiap menyongsong persaingan.

Dari hasil seleksi administrasi, terpilih 192 peserta yang masuk tahap seleksi. Nama Khoirul Adib pun tercantum dalam pengumumannya.

Ia tergabung dalam kelompok S-1 beserta 106 peserta lainnya. Ada 78 peserta untuk jenjang S-2, dan 7 mahasiswa untuk jenjang S-3.

Tahap wawancara dilakukan secara daring (dalam jaringan), 13–14 Juli 2023, memudahkan Adib untuk tetap bisa sambil merawat ibunya. Sebab, dia tidak harus pergi ke Jakarta.

Selain aspek psikologis dan akademik, Adib juga harus mempersiapkan kemampuannya berbahasa Inggris karena mengambil pilihan ke Amerika. Sementara untuk pilihan ke Timur Tengah, salah satu materi tesnya adalah kemampuan bahasa Arab.

"Semua tahapan saya lalui dan pada saat pengumuman, 18 Juli 2023, ternyata nama saya dinyatakan lolos untuk bisa mengikuti program MOSMA Student Exchange di kampus ternama Amerika Serikat, Rochester Institute Of Technolgy," ujarnya.

"Berita baik ini disambut oleh keluarga. Orangtua saya bangga melihat anaknya bisa mewujudkan cita-citanya," sambungnya.

Berita bahagia makin lengkap sebab Adib juga lulus seleksi dan menjuarai kompetisi riset teknologi di Korea Selatan.

"Alhamdulillah, sebelum ke Amerika, saya bisa ikut kompetisi riset internasional di Korea Selatan. Alhamdulillah, saya mendapat medali perak," kisahnya.

Di tengah rasa bahagia akan prestasi di Korea Selatan dan peluang kuliah di Amerika, mahasiswa kelahiran tahun 2002 ini mendapat kabar duka. Ibu yang sangat disayangi dan selama ini dirawat, wafat.

Duka makin dalam karena saat itu Adib masih berada di Korea Selatan. Sehingga, dia tidak bisa mengurus jenazah ibunya hingga dimakamkan.

"Namun saya tetap kuat dan harus meneruskan perjuangan ibu agar bisa menjadi orang bermanfaat untuk semua orang," tekadnya.  

Adib mengenang dia sebenarnya juga mendapat tawaran untuk diterima kuliah satu semester di Columbia University, salah satu Ivy League Universities di Amerika Serikat (salah satu universitas top di AS). Tapi tidak sempat menindaklanjuti pendaftaran, karena sampai penutupan, dia harus merawat ibunya yang sakit keras.

Ibunya sempat membaik sehingga dia bisa ikut kompetisi riset di Korea Selatan. Tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah menetapkan batas usia sang bunda. Semoga almarhumah senantiasa mendapat limpahan rahmah.

"Batal masuk Columbia University, saya alhamdulillah diterima di Rochester Institute of Technology, salah satu universitas bergengsi juga di Amerika," ucapnya penuh syukur.

Meski hanya 6 bulan, kesempatan kuliah di Negeri Paman Sam tidak boleh disia-siakan. Adib coba mempersiapkan segala sesuatunya, sesuai kemampuannya, sembari menunggu jadwal keberangkatan.

"Ini merupakan langkah awal bagi saya untuk bisa terbang dan terus tholabul ilmi di berbagai negara, dan terus berupaya menemukan sesuatu yang baru," ungkapnya.

"Mari kita buktikan bahwa anak desa juga bisa," pungkas Adib. Wallahu a'lam bisshawab. 

Editor : Eka Dian Syahputra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut