BANDUNG, iNews.id - Muncul baliho ukuran sedang di Jalan Tamansari, Kota Bandung bertuliskan,"Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda" Rabu (19/1/2022).
Baliho itu muncul setelah pernyataan kontroversial Arteria Dahlan yang dinilai mendiskreditkan.
Pantauan di lokasi, baliho berukuran besar itu menarik perhatian masyarakat, terutama pengguna jalan. Baliho berisi tulisan berwarna hitam dan merah dengan latar putih.
Tulisan Arteria Dahlan ditulis dengan warna hitam. Sedangkan Musuh Orang Sunda ditulis dengan warna merah.
Junaedi, seorang pekerja kebersihan mengaku, baru melihat baliho itu pada pagi hari. Namun tidak diketahui orang yang memasang baliho tersebut. Dia menduga baliho itu dipasang pada Selasa (18/1/2022) malam. "Kemarin siang belum melihat baliho itu. Kayanya (dipasang) tadi malam," kata Junaedi, Rabu (19/1/2022).
Toyo, warga Jalan Tamansari pun mengaku tidak tahu siapa yang memasang baliho berukuran besar itu. Yang pasti, warga baru melihat baliho dengan tujuan merespons pernyataan Arteria Dahlan tersebut pada pagi hari. "Saya gak tau. Baru datang ke sini," kata Toyo.
Diberitakan sebelumnya, anggota DPR RI Dedi Mulyadi yang juga tokoh Sunda angkat bicara terkait pernyataan anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan meminta Jaksa Agung ST Burhanuddin mengganti seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) yang rapat menggunakan bahasa Sunda. Dedi menilai penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan rapat adalah wajar.
"Wajar saja dilakukan selama yang diajak rapat, yang diajak diskusi, mengerti bahasa daerah yang digunakan sebagai media dialog pada waktu itu," kata Dedi Mulyadi.
Dedi pun saat menjadi Bupati Purwakarta kerap menggunakan bahasa Sunda sebagai media dialog bersama masyarakat dan rapat pejabat. Bahkan dalam satu hari ada pengkhususan di mana seluruh warga hingga pejabat harus menggunakan bahasa, pakaian hingga menyediakan makanan khas Sunda.
"Saya lihat di Jawa Tengah juga bupati, wali kota, gubernur sering juga menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan kesehariannya. Ini adalah bagian dari kita menjaga dialektika bahasa sebagai keragaman Indonesia," ujar Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta