JAKARTA, iNewsBekasi.id - Mutasyar Pengurus Besar (PBNU) KH Mustofa Bisri atau Gus Mus sempat berseloroh akan walk out dari Halaqah Kebangsaan dalam peringatan Hari Lahir NU yang ke 101 di Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak, Senin (29/1/2024) siang jika Rais Aam KH Miftachul Akhyar menyinggung masalah Pilpres.
KH Mustofa Bisri mengatakan semua oihak yang hadir dalam Halaqah kebangsaan tersebut menyadari posisi NU dalam politik terutama dalam Pilpres ini. Sehingga NU harus netral tidak memihak kepada salah satu pasangan calon.
"Tadi misalnya menyinggung Pilpres. Saya akan langsung keluar tadi,"seloroh KH Mustofa Bisri sebelum memimpin doa disambut gelak tawa yang hadir.
Sementara itu, Rais Aam Pengurus Besar (PBNU) KH Miftachul Akhyar meminta agar warga Nahdliyin bertabayun (klarifikasi) atau teliti terhadap seluruh permasalahan yang ada. Tabayun menjadi sebuah amanah yang ditanggung oleh seluruh manusia terutama seluruh Nahdliyin, khususnya pengurus NU secara keseluruhan.
"Manakala PBNU melakukan (perbuatan) sesuatu (maka) datang dan tanyakan. (Jangan) belum datang sudah pengumuman," katanya.
Menurut Miftachul Akhyar tabayun merupakan senjata untuk menaklukan musuh-musuh yang ada. Sehingga, jika tidak bertabayun maka mereka akan kalah sebelum berperang.
"Sami'na Waathana, di situlah Allah memberikan anugerah (yaitu) adalah perilaku ulama dulu, bahkan para nabi juga mengucapkan Sami'na wa'athona (kami mendengar dan menaati)," katanya.
Klarifikasi, kata dia, dapat menciptakan suasana yang kondusif. Sehingga, dapat menjadikan kemaslahatan bagi kehidupan yang ada di dunia bahkan sampai di akhirat. Maka jika tidak paham sebaiknya menemui langsung orangnya dan jangan berbicara di luar.
"Kalau tidak paham dan tidak mengerti temuilah, ngomong langsung sama orangnya, jangan ngomong di luar. Apalagi tidak mengerti juntrungannya, sudah tiba-tiba menshare dengan kata-kata," jelasnya.
Klarifikasi ini menjadi penting. Sebab, NU akan menjadi rujukan bagi masyarakat luas. NU, kata dia, harus menjadi penerjemah agama Islam dan memanfaatkan momentum tersebut saat menjadi pengurus NU di berbagai sektor manapun.
"NU ingin menjadi Mutarjim (penerjemah) semampunya. Menerjamahkan Islam yang benar, dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang membina tidak menghina. Dakwah yang mengayomi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik," ujarnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta