get app
inews
Aa Text
Read Next : Mahkamah Konstitusi Jalan Terakhir Selamatkan Demokrasi di Kota Tarakan

Tri Adhianto atau Mochtar Mohamad untuk Pilkada Kota Bekasi, Tunggu Rekomendasi PDI Perjuangan 

Senin, 15 Juli 2024 | 08:29 WIB
header img
PDI Perjuangan. Foto: MPI

OPINI

Oleh: Ivan Faizal Affandi, Pemerhati Politik Kota Bekasi

PENDAFTARAN pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024 mendatang sudah semakin dekat. Jika mlihat perkembangan dan konstelasi politik yang ada saat ini, baik di level lokal maupun nasional bisa diprediksi Pilkada kemungkinan besar hanya akan diikuti dua atau tiga pasangan calon.

Namun  dari sejumlah kandidat pada Pilkada nanti semua masih menunggu  surat rekomendasi calon wali kota dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan.

Rekomendasi partai berlambang moncong putih ini yang saat ini ditunggu semua partai politik di Kota Bekasi karena arah Pilkada nanti akan bergantung dari siapa kandidat yang bakal mereka usung.

Seperti diketahui, di PDI Perjuangan hanya ada dua nama yang saat ini tengah menunggu restu dari Ketua Umum PDII Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Nama pertama adalah Tri Adhianto  Ketua DPC PDI Perjuangan. Sedangkan Nama kedua adalah Mochtar Mohamad, Eks Wali Kota Bekasi periode 2008 dan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Barat.

Baik Tri Adhianto maupun Mochtar keduanya sama-sama memiliki peluang mendapat rekomendasi.

Pertama Tri berstatuskan petahana, selain itu ia juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi.

Tak hanya itu elektabilitas eks birokrat tersebut, saat ini mengungguli Mochtar Mohamad dari survei terakhir yang dikeluarkan lembaga survei Saiful Munjani Research And Consulting (SMRC).

Dengan pertimbangan tersebut nampak sepertinya PDI Perjuangan bakal mengeluarkan rekomendasi kepadanya.

Namun yang menjadi kelemahan Tri Adhianto, ia adalah orang baru di PDI Perjuangan. Serta capaian buruk PDI Perjuangan Kota Bekasi pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 yang mana kursi mereka turun dari 12 pada edisi Pileg 2019 menjadi 9 kursi di edisi terbaru, bisa menjadi salah satu penghambat dirinya mendapat rekomendasi.

Namun dua soal tersebut nampaknya akan menjadi penghalang Tri untuk mendapatkan rekomendasi.

Lalu bagaimana dengan peluang Mochtar Mohammad mendapat rekomendasi PDI Perjuangan. Peluang politisi senior tersebut rasa-rasanya sangat kecil. Meski Mochtar sendiri tampak begitu bersemangat dan yakin.

Ada banyak hal yang akan membuat PDI Perjuangan berhitung ulang jika harus memberikan rekomendasi kepada Mochtar.

Dari sisi survei misalnya, ia kalah dari Tri Adhianto. Kemudian status Mochtar yang pernah tersandung kasus hukum juga akan menjadi pertimbangan serius bagi partai untuk tidak merekomendasikan dia sebagai calon pada Pilkada.

Namun meski di atas kertas peluang Mochtar sangat kecil, bukan berarti ia tidak punya peluang. Apalagi sebagai orang lama di partai, Mochtar tau jalur-jalur mana yang harus dia tempuh untuk membuat rekomendasi jatuh ke tangannya.

Kembali soal rekomendasi PDI Perjuangan, ini akan menentukan jalannya Pilkada karena berdampak pada berapa banyak kandidat yang akan muncul serta nama-nama mana yang akan maju di Pilkada Kota Bekasi.

Jika Tri yang Mendapat Rekomendasi

Katakanlah jika Tri Adhianto yang mendapat rekomendasi maka Pilkada Kota Bekasi diperkirakan hanya akan berjalan dengan dua pasangan calon saja.

Yakni PDI Perjuangan dengan Tri Adhianto beserta calon wakil dan koalisi partainya melawan kandidat dari PKS yakni Heri Koswara yang sudah pasti akan menjadi penantang tentunya diikuti oleh calon wakil dan koalisinya.

Jika skema ini yang berjalan maka akan muncul pasangan calon sebagai berikut. Yakni Tri Adhianto berpasangan dengan kandidat dari partai Golkar. Dengan syarat, calon yang direkomendasikan oleh Golkar bukanlah Ketua DPD Golkar Kota Bekasi, Ade Puspitasari.

Kenapa demikian, sebab ada histori kurang baik antara Tri Adhianto dengan Ade Puspitasari atau lebih tepatnya eks Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi selaku ayah kandung Ade Puspitasari. Sebab banyak gosip beredar, di balik kasus hukum yang menjerat Rahmat Effendi, Tri yang waktu itu menjadi Wakil Wali Kota Bekasi sedikit banyak ikut andil meski kabar tersebut masih perlu diuji kebenarannya.

Meski juga bukan lagi rahasia umum, banyak kepala daerah berurusan dengan hukum akibat ulah wakil kepala daerah. Bahkan pernyataan pernah disampaikan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian secara terang-terangan kepada publik.

Lalu kenapa Tri harus memilih Golkar. Hal ini dikarenakan Golkar punya instrumen dan mesin partai yang tak kalah dengan PDI Perjuangan dan PKS. Maka mengambil Golkar sebagai teman koalisi adalah pilihan paling rasional bagi Tri dan PDI Perjuangan, sebelum Golkar diajak bergabung dengan PKS.

Koalisi PDI Perjuangan dan Golkar berpeluang menarik minat partai lain untuk bergabung di luar PKS seperti PKB, Gerindra dan Demokrat. Alasannya, Tri sendiri merupakan peserta penjaringan di tiga partai tersebut.

Mungkin di antara PKB, Demokrat dan Gerindra bisa jadi Gerindra berpikir ulang tetap di koalisi jika mereka gagal menyodorkan kadernya sebagai pendamping Tri Adhianto.

Sedangkan kandidat lain yang akan menjadi penantang yakni Heri Koswara diprediksi bakal berpasangan dengan Ketua DPC PPP Kota Bekasi, Sholihin. Pasangan Heri Koswara dan Sholihin hampir bisa dipastikan final dan tinggal didaftarkan di KPU Kota Bekasi.

Apalagi yang terbaru secara terbuka dalam sebuah kesempatan, Presiden PKS, Ahmad Syaikhu menyebut kedua tokoh politik tersebut cocok bila berpasangan di Pilkada Kota Bekasi.

Meski Shaolin dan PPP hanya bermodal dua kursi, namun ia berhasil meyakinkan partai lain untuk mendukungnya. Di antaranya PAN Kota Bekasi yang punya lima buah kursi.

Sinyal bahwa PAN memberikan dukungan kepadanya terbaca dari terbentuknya koalisi PAN dan PPP di DPRD Kota Bekasi untuk periode 2024-2029.

Selain itu, pria yang akrab disapa Gus Shol itu kabarnya sudah hampir final mendapat rekomendasi dari DPP PSI sebagai peserta penjaringan di partai berlogo Bunga Mawar, tersebut.

Khusus untuk pasangan Heri Koswara-Sholihin nampaknya bisa dibilang final sekalipun misal nantinya PDI Perjuangan mengeluarkan rekomendasi kepada Mochtar Mohamad bukan Tri Adhianto.

Sedangkan Mochtar sendiri bisa diprediksi, tidak akan menolak apapun keputusan PDI Perjuangan. Jika partainya tidak merekomendasikan dirinya, peluang Mochtar mencalonkan diri dari partai lain akan sangat kecil dan nyaris mustahil.

Atau bisa jadi, PDI Perjuangan justru mengambil jalan tengah yakni menduetkan Tri Adhianto dengan anggota DPRD Jawa Barat, Sumiyati yang tak lain istri Mochtar Mohamad.

Pilihan ini dianggap cukup rasional, agar PDI Perjuangan bisa menang di Pilkada. Sebab jika rekomendasi tak jatuh ke tangan Mochtar, ada potensi sebagian pendukung Mochtar memilih untuk tidak mendukung Tri melainkan mendukung calon lain.

Situasi tersebut jelas merugikan bagi PDI Perjuangan dan akan amat menguntungkan bagi kandidat lain sebagai rival. Sebab meski bagaimanapun, Mochtar punya dukungan massa yang tidak sedikit dan layak diperhitungkan.

Lalu Bagaimana Jika Mochtar yang Direkomendasikan

Suka tidak suka Pilkada Kota Bekasi bisa menjadi menarik ketika Mochtar Mohamad menyatakan niatnya untuk maju dan ikut dalam penjaringan di internal partainya dan partai lain. Keberadaan Mochtar mau tidak mau membuat partai politik di Kota Bekasi harus melakukan kalkulasi ulang.

Maka meski peluangnya mendapat rekomendasi PDI Perjuangan sangat kecil, sebagian orang masih meyakini bahwa Mochtar berpeluang mendapatkan rekomendasi dari PDI Perjuangan.

Tentu peta politik akan berubah jika sampai rekomendasi jatuh di tangannya. Yang jelas Pilkada akan memunculkan tiga pasangan calon.

Sebab Tri Adhianto sudah barang pasti akan maju dengan partai lain jika rekomendasi tak jatuh ke tangannya.

Tri kemungkinan akan maju lewat kendaraan PKB, sebab ia ikut penjaringan dari sana. Adapun skema wakil dan koalisinya tidak berubah, Tri akan mengincar Golkar. Dengan syarat bukan Ade Puspitasari yang direkomendasikan oleh Golkar.

Jika ini yang terjadi, maka seperti yang di awal dibicarakan maka Gerindra diprediksi tidak ikut dalam gerbong Tri Adhianto sekalipun ada PKB yang sudah sepakat berkoalisi dengan Gerindra.

Sebab Gerindra jauh-jauh hari sudah menyatakan diri tidak mau jika hanya jadi penonton saja alias tidak menyodorkan kadernya untuk jadi kandidat entah calon wali kota atau wakil wali kota.

Dan kemungkinan itu amat besar, sebab Tri sendiri sejauh ini seolah tak berminat mengambil salah satu nama kader Gerindra untuk diajak sebagai pendampingnya di Pilkada Kota Bekasi.

Jika skema itu berjalan, Tri tetap maju meski tanpa PDI Perjuangan maka sudah dipastikan akan ada tiga pasangan calon di Pilkada Kota.

Sementara Mochtar sendiri yang mendapat rekomendasi dari PDI Perjuangan diprediksi akan mengambil pasangan dari Gerindra.

Sederhana saja, PDI Perjuangan dengan Mochtar butuh kawan untuk maju Pilkada sementara Gerindra pun sama. Apalagi Gerindra berambisi menyorongkan salah satu kadernya di Pilkada.

Bila itu benar terjadi, maka hampir bisa ditebak Mochtar akan maju dengan PDI Perjuangan dan berpasangan dengan anggota DPRD Jawa Barat dari Gerindra, Abdul Harris Bobihoe yang menjadi satu-satunya jagoan partai berlambang burung Garuda, itu.

Bahkan, Mochtar yang ikut dalam penjaringan di Gerindra juga secara terang-terangan pernah menyebut siap jika harus berpasangan dengan Abdul Haris Bobihoe.

Dengan begitu jika benar Mochtar yang direkomendasikan PDI Perjuangan maka hampir pasti Pilkada Kota Bekasi akan diikuti tiga pasangan calon. Mereka adalah Mochtar Mohamad-Abdul Harris Bobihoe beserta koalisinya, kemudian Tri Adhianto- bersama kader Golkar dengan koalisinya dan terakhir Heri Koswara-Sholihin dengan koalisinya.

Lalu siapa yang akan menang ?

 

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut