JAKARTA, iNewsBekasi- Konstipasi atau sembelit merupakan gangguan pencernaan yang sering terjadi pada anak. Data menunjukkan, skitar 29,6% anak di dunia pernah mengalaminya.
Di Indonesia, 1 dari 3 anak mengalami konstipasi. Dari seluruh kasus anak yang dirujuk dengan konstipasi ini, 95% kasus merupakan konstipasi fungsional.
Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi, dr Ezy Barnita Sp.A(K) mengatakan, asupan nutrisi yang tepat akan sangat membantu dalam mencegah ganguan pencernaan si kecil. Gangguan pencernaan seperti konstipasi atau sembelit sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat.
Kondisi ini ditandai dengan sulit buang air besar (BAB) atau frekuensi BAB yang lebih sedikit daripada biasanya. "Kurangnya asupan serat prebiotik akan membuat feses yang dihasilkan oleh saluran pencernaan menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan oleh tubuh," kata Ezy dalam siaran tertulis pada Sabtu (14/12/2024).
Sayangnya, lanjut Ezy, 9 dari 10 anak tidak mampu memenuhi asupan serat prebiotik hariannya. Orang tua sering mengasumsikan kalau konstipasi akan menghilang dengan sendirinya.
Namun menurut studi, prevalensi konstipasi tidak berkurang secara signifikan seiring beranjak dewasa. Banyak anak-anak yang masih mengalami konstipasi hingga remaja dan dewasa.
"Sekitar 43% anak mengalaminya selama lebih dari 5 tahun. Sementara itu, 26% dewasa muda mengalami konstipasi sejak masa kanak-kanak," ujarnya.
Ezy mengingatkan penting asupan harian serat prebiotik untuk si Kecil agar kesehatan pencernaannya terjaga dan mencegahnya dari masalah gangguan pencernaan.
Ezy menuturkan, konstipasi pada anak-anak tidak dapat dianggap sepele. Saat awal keluhan konstipasi menimbulkan gejala seperti sakit perut, anak menolak makan, tidur terganggu karena anak lapar, selain menjadi lebih rewel.
Apabila dibiarkan, kondisi ini dapat memicu perubahan perilaku seperti mudah tersinggung, agresif, kasar, bahkan tantrum akibat anak tidak lancar buang air besar.
Masalah ini juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti kelesuan serta nafsu makan yang buruk pada anak. Jika terus berlanjut, masalah konstipasi pada anak dapat menghambat dan mempengaruhi tumbuh kembang Si Kecil.
Oleh karena itu, konstipasi perlu dicegah dengan asupan serat prebiotik yang cukup dan monitor pup si Kecil setiap hari.
"Monitoring pup si kecil secara rutin akan membuat orang tua menyadari saat ada gejala mendekati konstipasi, misalnya tekstur pupnya mulai keras meskipun masih BAB rutin, atau BAB mulai jarang meskipun tekstur pupnya masih lunak," tuturnya.
Dia menyampaikan, perkembangan saluran cerna yang sehat sejak dini sangat penting bagi kesehatan holistik (tumbuh kembang optimal). Asupan nutrisi yang adekuat merupakan faktor kunci dalam membentuk dan mempertahankan ekosistem mikroba usus yang seimbang, khususnya kebutuhan serat prebiotik.
"Prebiotik berperan dalam mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikrobiota usus (bakteri baik), yang kemudian dapat memberikan dampak positif pada perbaikan konsistensi feses, jumlah waktu buang air besar, dan kembung," terangnya.
Untuk mendukung pencernaan selalu sehat dan terbebas dari gangguan pencernaan seperti sembelit atau konstipasi, salah satunya bisa dilakukan dengan pemberian pola makan bergizi seimbang dengan serat prebiotik yang cukup.
Selain dari makanan alami seperti buah-buahan, sayur-mayur, kacang-kacangan, serta beberapa jenis sayuran akar seperti umbi-umbian dan wortel, prebiotik juga bisa diperoleh dari susu pertumbuhan yang terfortifikasi khusus dengan rasio prebiotik yang tepat.
"Salah satu serat prebiotik yang sudah teruji klinis untuk mendukung kesehatan pencernaan adalah FOS:GOS 1:9,” paparnya.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia mengatakan, manfaat kesehatan dari FOS:GOS 1:9 (termasuk untuk kesehatan saluran cerna) telah diteliti dengan lebih dari 40 studi ilmiah dan menghasilkan lebih dari 90 publikasi internasional di lebih dari 10 negara Asia dan Eropa.
Serat prebiotik dengan kombinasi FOS:GOS 1:9 ini telah teruji klinis mampu menjaga kesehatan pencernaan Si kecil.
"Sehingga konsistensi feses anak tetap lunak, mendukung kebiasaan buang air besar menjadi lebih teratur, sehingga si Kecil bebas dari masalah pencernaan seperti konstipasi untuk mendukung tumbuh kembang serta kreativitasnya," ujarnya.
Ceasyalya Tahara, Brand Manager Bebelac mengatakan, masalah pencernaan masih menjadi topik yang sering dikonsultasikan oleh Ibu dengan ahli kesehatan.
"Bahkan, satu dari empat kunjungan ke dokter untuk anak-anak yang dikaitkan dengan masalah pencernaan. Karenanya, dibutuhkan monitoring indikasi masalah pencernaan melalui deteksi dini," ujarnya.
Dalam rangka memperingati Constipation Awareness Month, lanjut Ceasyalya,
Bebelac ingin mengajak para orang tua di Indonesia untuk senantiasa memperhatikan kecukupan serat prebiotik harian anak.
Dengan demikian, diharapkan kesehatan pencernaannya selalu terjaga dan bebas dari risiko gangguan pencernaan seperti konstipasi untuk dukung tumbuh kembang dan kreativitasnya.
"Untuk itu, kami juga ingin mengajak para Ibu untuk memonitor secara berkala kesehatan pencernaan si kecil untuk mendukung tumbuh kembang dan kecerdasan setiap anak secara optimal," pungkasnya.
Editor : Wahab Firmansyah