Jabal Rahmah Jadi Tempat Favorit Jemaah Berdoa saat Wukuf, Masuk Rangkaian Ibadah Haji

BEKASI, iNewsBekasi.id - Jabal Rahmah di Padang Arafah menjadi salah satu tempat paling ramai didatangi jemaah saat musim haji. Meski letaknya di tengah padang tandus, tetapi tidak menyurutkan jemaah untuk memenuhi bukit ini. Alasannya karena Jabal Rahmah memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi. Selain itu, menjadi lokasi favorit untuk bermunajat saat Wukuf di Arafah, puncak dari rangkaian ibadah haji.
Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dipisahkan selama bertahun-tahun sejak diturunkan dari surga. Karena itu, banyak jemaah yang berdoa di tempat ini, terutama memohon jodoh atau keberkahan dalam rumah tangga.
Meski tidak termasuk dalam rukun atau wajib haji, banyak jemaah rela mendaki bukit setinggi sekira 70 meter itu. Mereka berdesakan di antara ribuan orang lainnya untuk mencapai tugu putih yang berada di puncak bukit sebagai simbol pertemuan cinta sejati Adam dan Hawa.
Jabal Rahmah berjarak sekitar 20 km dari Kota Mekah. Dalam bahasa Arab, Jabal berarti gunung atau bukit dan Rahmah berarti kasih sayang. Oleh kerena itu Jabal Rahmah sering diartikan “Bukit Kasih Sayang.”
Di puncak Jabal Rahmah terdapat monumen batu berbentuk persegi panjang sebagai penanda titik pertemuan Nabi Adam dan Hawa. Bagi umat Islam, bukit ini memiliki makna simbolik sebagai tempat penuh kasih sayang dan ampunan Allah.
Namun tahun ini, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan imbauan tegas agar jemaah menghindari aktivitas di luar tenda antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat, termasuk mendaki Jabal Rahmah. Hal ini dilakukan karena suhu diperkirakan mencapai 47 derajat Celsius selama Wukuf, bahkan bisa lebih.
“Mohon jemaah melakukan ibadah di dalam tenda demi keselamatan. Hindari paparan langsung sinar matahari,” kata Menteri Urusan Haji dan Umrah, Tawfiq Al Rabiah.
Kementerian Kesehatan Saudi juga mengingatkan agar jemaah tidak menaiki bukit atau area tinggi karena bisa memicu kelelahan fisik hingga heatstroke.
Pelajaran dari Tragedi Panas Tahun Lalu
Imbauan ini bukan tanpa alasan. Pada musim haji 2024 lalu, lebih dari 1.300 jemaah meninggal dunia akibat gelombang panas ekstrem, dengan suhu mencapai 51,8 derajat Celsius. Sebagian besar korban berasal dari kelompok usia lanjut yang terlalu lama terpapar sinar matahari.
Untuk mencegah hal serupa, Arab Saudi menerjunkan lebih dari 250.000 petugas dari 40 lembaga pemerintah. Area teduh diperluas hingga 50.000 meter persegi, dan lebih dari 400 unit pendingin udara dipasang. Ribuan petugas medis siaga di berbagai titik strategis.
Meski hasrat untuk menapaki Jabal Rahmah begitu besar, para jemaah diimbau menahan diri dan mengutamakan keselamatan. Beribadah di dalam tenda dengan penuh kekhusyukan tetap sah dan berpahala.
Seperti ditegaskan para ulama, inti dari Wukuf adalah berdiam di Arafah untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah, bukan tentang lokasi tertentu.
“Bertahan di tenda dengan ikhlas demi menjaga diri juga bagian dari kepatuhan dalam ibadah,” ujar salah satu petugas pembimbing haji.
Editor : Tedy Ahmad