Belajar dari Oxford dan Tianjin, Irwan Fecho Usulkan Konsep 'Sponge City' di Indonesia
JAKARTA, iNewsBekasi.id- Sepanjang tahun 2024 sebanyak 1,23 juta rumah terendam dan sekitar 80.000 rumah rusak (ringan, sedang, berat) akibat bencana hidrometeorologis yang terjadi di seluruh Indonesia. Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas (IKA SKMA) Irwan (Fecho) mengutip Data Bencana Indonesia 2024 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Bayang-bayang bencana alam di Tanah Air memang semakin dekat dan semakin sering. Kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia banyak disebabkan oleh fenomena hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca dan aliran permukaan: banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan,” kata Pemerharti Lingkungan dan Kehutanan itu dalam keterangannya, Senin (15/9/2025).
Masih mengutip data BNPB 2024, lanjut Irwan, sebanyak 3.472 kejadian bencana alam, sebesar 99,34% merupakan bencana hidrometeorologi, atau hanya 23 kejadian bencana karena disebabkan oleh faktor geologi: gempa bumi dan gunung meletus. Kengerian dan kesedihan akibat bencana alam di berbagai daerah semakin merongrong kenyamanan hidup masyarakat.
“Pembangunan di hilir yang biasanya berupa dataran rendah, menjadi kawasan permukiman, pengembangan pusat industri atau fasilitas umum (transportasi, perniagaan, dan lain-lain), untuk mengantisiasi desakan pertumbuhan penduduk, tidak bisa dihindari,” ujarnya.
Konsekuensinya, menurut Doktor Ilmu Kehutanan ini, pengembangan lahan pertanian (perkebunan, palawija, peternakan) juga semakin merambah ke daerah tengah dan hulu, menyisakan sedikit areal dengan tutupan vegetasi alami. Daerah dengan tutupan vegetasi alami, berupa campuran pohon, perdu, dan semak, dalam istilah tata ruang disebut ‘Daerah Tangkapan Air’ atau catchment areas.
Editor : Wahab Firmansyah