get app
inews
Aa Read Next : Polisi Geledah Kantor Satelit Pengendali Judol di Bekasi, 10 Pelaku Pegawai Kementerian Komdigi

Takut Ketemu dan Tak Cari Ibunya, Anak yang Matanya Dicungkil Alami Trauma Berat

Selasa, 07 September 2021 | 07:05 WIB
header img
Ilustrasi anak mengalami trauma berat (Foto: Tribunnews/Surya Malang)

GOWA, iNews.id - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkapkan AP (6), anak yang matanya dicungkil oleh orang tuanya (ortu) mengalami trauma berat.

Bahkan, saat ini AP disebut takut dengan ibunya sendiri.

"Trauma yang kita lihat ini dia seperti tidak mau melihat ibunya, takut melihat ibunya," ungkap Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas PPA Gowa, Sutra, saat ditemui detikcom di RSUD Syekh Yusuf Gowa, Senin (6/9/2021).

Sutra menuturkan, bocah AP memang sudah tidak bertemu lagi dengan ibunya sejak hari penganiayaan karena sang ibu diamankan polisi pada Kamis (2/9/2021) pekan lalu.

Tetapi, indikasi takut kepada ibunya itu masih dapat dilihat berdasarkan pengamatan Dinas PPA dan tim psikolog yang mendampingi AP.

"Karena sebenarnya anak ini hubungan dengan ibunya sangat dekat sebelum kejadian. Sangat dekat, anak ini anak yang dimanja. Kenapa, karena dia cuma dua bersaudara, lelaki dan perempuan. Laki-laki berumur 22 tahun, sedangkan anak ini dia enam tahun, jadi jaraknya jauh," ujar Sutra.

Namun semenjak ibunya terlibat penganiayaan dengan ikut membantu mencungkil mata, korban tidak lagi mencari-cari ibunya.

Sutra menyimpulkan, hal itu disebabkan karena sang anak takut dengan ibunya.

"ini anak yang paling dimanja oleh ibunya. Nah sejak kejadian itu, sampai sekarang dia tidak menyebut-nyebut dan mencari ibunya. Padahal hubungan dengan ibunya katanya sangat dekat menurut omnya," ungkap Sutra.

Trauma Berat Korban Dikawal Ketat

Dinas PPA Gowa sendiri sudah menerjunkan tim psikolog dan psikiater untuk memantau perkembangan keadaan korban yang sampai saat ini disebut masih trauma berat.

"Pemberdayaan perempuan yang mewakili dengan keluarganya untuk melakukan persetujuan tindakan operasi seperti itu," tutur Sutra.

"Selanjutnya kami melakukan trauma healing untuk anak-anak korban kekerasan dan kebetulan juga ada mahasiswa Psikolog UNM yang sementara KKP di tempat kami itu juga kami libatkan," tambahnya.

Sutra melanjutkan, selain dilakukan trauma healing kepada korban, pendampingan juga akan terus diberikan sesudah korban selesai menjalani perawatan di rumah sakit.

"Kami menunggu setelah perawatan korban di rumah sakit, apabila sudah sehat atau sembuh kami akan bawa ke rumah aman untuk melakukan tindakan terapi lanjutan memanggil psikolog dan psikiater," pungkas Sutra.

Editor : Iman Ridhwan Syah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut