Karolus pun tidak malu memungut sampah dan menjadi pemulung. Dia tidak minder saat ada mahasiswa, rekan sesama dosen atau kerabat yang melihatnya memungut sampah.
"Justru saya berharap mahasiswa saya lebih sering menemukan saya memungut sampah karena secara tidak langsung saya sudah menasehati mereka tentang kebersihan," ucapnya.
Rasa malu dan minder juga sempat dirasakan keluarga. Orang tua dan mertuanya menentang keras aksi Karolus menjadi pemulung.
"Terkadang istri saya menjadi sasaran mendapatkan peringatan dari orang tua dan mertua saya tidak sepantasnya saya memungut sampah," katanya. Namun dia mengakui kalau ini sudah lama menjadi kebiasaannya.
"Saya selalu memberikan alasan bahwa hidup ini singkat sehingga kita memberikan yang terbaik bagi lingkungan. Menjadi pemulung bukan pekerjaan hina sehingga kita tidak perlu gengsi," ucapnya.
Soal hasil sampah yang dikumpulkan, dia mengakui kalau sampah-sampah tersebut dikumpulkan di rumahnya untuk dibersihkan dan dijual.
Sampah botol gelas plastik bekas yang sudah dibersihkan dijual Rp6.000 per kilogram dan yang belum dibersihkan Rp4.000 per kilogram.
Botol plastik bekas seharga Rp4.000 per kilogram. Dos/kardus bekas Rp1.000 per kilo dan kaleng bekas Rp3.000 per kilogram.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait