"Jadi waktu itu anak pertama saya mau takziah ke tempat teman, dicari nggak ketemu. Nanya temannya, adik saya nggak pulang juga, akhirnya balik nyari anak saya. Tahu info dari teman, anak di RSUD Kanjuruhan, Minggu paginya," tuturnya.
Saat ditemukan Lutfia disebut ayahnya dalam kondisi mengalami luka lebam di pelipis kanan, hidung keluar darah mimisan, pantat ditemukan lebam dan darah kotor. Tak ada penjelasan detail dari pihak tim medis, pihak keluarga hanya diberi surat keterangan meninggal dunia tanpa ada penyebab apapun.
"Memang ada surat, surat itu dari RSUD. Tidak ada keterangan lebih jelas hanya nama dan meninggal," katanya.
Ia merasa tak percaya anaknya menjadi korban meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan Malang. Pasalnya Lutfia selama 20 tahun tak pernah melihat pertandingan Arema FC secara langsung dan bahkan tidak begitu suka sepakbola.
"Percaya nggak percaya, anak saya nggak pernah suka sepakbola. Nggak pernah kepikiran segitu, dia baru pertama kali nonton. Makanya minta izin ibunya untuk lihat, padahal sudah dilarang tapi mohon-mohon," bebernya.
Dirinya menyebut sang ibu sempat diminta Lutfia untuk tidak ikut berjualan pada Sabtu (1/10/2022), karena akan melihat Arema FC vs Persebaya Surabaya. Sebab selama ini perempuan lima bersaudara ini sering membantu ibunya di pasar, kendati telah bekerja selama dua bulan.
"Sempat pamitan sama ibunya Sabtu malam habis maghrib. Dia mohon-mohon ke ibunya kali ini saja nonton, habis itu nggak nonton lagi janjinya, sempat minta uang juga untuk beli tiket pertandingan," katanya.
"Baik anaknya, nggak pernah bantah orang tua, sekolah juga nggak pernah bolos, selalu bantuin ibunya jualan di pasar. Kemarin itu nyuruh jangan jualan dulu, mau lihat Arema, penurut anaknya," tambahnya.
Namun tak menyangka bila kalimat permohonan menonton terakhir Arema FC ternyata menjadi pertanda Lutfia pergi selama-lamanya. Ia pun mengecam aksi aparat keamanan yang menyemprotkan gas air mata ke arah yang membuat ribuan penonton tidak aman.
"Anak saya dari sini berangkat sehat senang, pulang tinggal nama, sudah beli karcis, sudah betul-betul resmi, kalau ilegal nggak beli tiket ya wajar. Seharusnya aparat punya tanggung jawab penuh sama suporter yang sudah punya tiket," jelasnya.
"Anak saya beli tiket, nggak suporter ilegal, dia itu legal, suporter seharusnya kalau punya tiket bisa nonton dengan aman. Fungsinya tiket itu mau nonton aman, dia suporter legal, saya nggak terima. Saya nggak terima dengan minta maaf, saya tetap nggak terima," tukasnya.
Artikel ini telah terbit di Okezone dengan judul "Tragedi Kanjuruhan, Ayah Seorang Korban Sebut Putrinya Sempat Mohon Izin Nonton Arema FC Pertama dan Terakhir".
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait