Kementerian ATR/BPN Segera Cek Adanya Laporan Dugaan Mafia Tanah Manfaatkan HGB dan Hak Pakai

Iqbal Dwi Purnama
Listiani kuasa Hukum Alm ahli waris A Rachman Saleh saat memasukan permohonan pembatalan Sertifikat HGB dan HP di Kantor Kementerian ATR/Kepala BPN di Jakarta, Senin 7 November 2022. Foto Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi - Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) angkat bicara terkait dugaan laporan adanya praktik mafia tanah dengan mengandalkan Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP) di atas tanah masyarakat. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah (PHPT) pada Kementerian ATR/BPN, Suyus Windayana pihaknya akan mengecek langsung ke lokasi yang diduga menjadi objek laporan terjadinya mafia tanah tersebut di Cakung, Jakarta Timur.

"Nanti saya cek juga ke Jakarta Timur, karena saya musti cek lokasi persisnya bagaimana, kenapa bisa terjadi seperti itu," ujar Suyus saat dihubungi MNC Portal, Senin (14/11/2022).

Menurut Suyus, pengecekan detail diperlukan seperti apa datanya. "Ya (tanah) itu sebelah mana, karena itu harus dicek itu masalah detailnya bagaimana," sambung Suyus.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) ATR/BPN DKI Jakarta, Dwi Budi Martono mengakui belum menerima kabar adanya dugaan mafia tanah dalam penerbitan Sertifikat HGB dan Hak Pakai tersebut. Untuk itu pihaknya juga bakal melakukan pengecekan langsung ke wilayah Cakung Jakarta Timur.

"Saya cek ke Jaktim dulu ya," pungkas Budi.

Sebelumnya laporan dugaan mafia tanah ini disampaikan ke Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto oleh Lestiani kuasa hukum ahli waris alm A Rachman sebagai pemilik tanah 13,6 hektare di Jalan Pegangsaan Dua, Rawa Terate, Blok Petukangan III, Rawaterate,Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta dengan alas hak 24 (duapuluh empat).

"Diatas tanah seluas 13,8 milik kliennya telah diterbitkan sertifikat HGB dan HP secara sepihak, sewenang-wenang, melanggar hukum dan peraturan perundangan yang berlaku," kata Listiani.

Karenanya Listiani meminta pembatalan sertifikat HGB dan Hak Pakai PT CAM karena menduga ada oknum BPN bersama pihak swasta merampas tanah hanya bermodalkan penerbitan sertifikat HGB dan HP atas nama PT CAM di atas tanah 24 SHM milik (Alm) A Rachman Saleh secara sepihak, sewenang-wenang, melanggar hukum dan peraturan perundangan yang berlaku.

“Kami juga memohon pemulihan dan pengembalian 24 SHM ahli waris A Rachman Saleh sesuai putusan PK Mahkamah Agung RI No 225 pk/pdt/1997,” ujarnya.

Menurut Listiani, alm A Rachman Saleh adalah pemilik sah atas tanah seluas 13,6 Ha di Jalan Pegangsaan Dua, Rawa Terate, Blok Petukangan III, Rawaterate, Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta, dengan bukti kepemilikan 24 SHM.

"Ke 24 SHM-nya  yaitu SHM No 36, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 63, 65, dan 66/Rawaterate,"timpalnya.

Tanah-tanah tersebut, kata dia, diperoleh A Rachman Saleh berdasarkan Akta Jual Beli (AJB) dihadapan Notaris kepada masyarakat pada tahun 1975, yang kemudian telah ditingkatkan haknya menjadi sertifikat SHM sebanyak 24 buah pada tahun 1976 s.d 1978.
 
Menurut Listiani, semasa hidupnya, A Rachman Saleh pada tahun 1990 an pernah melakukan penjualan tanah tersebut. Namun telah dibatalkan karena pihak pembeli ingkar janji sehingga tidak terjadi pengikatan Akta Jual Beli (AJB). Selain itu, kata dia, dalam proses di pengadilan, A Rachman Saleh berada pada pihak yang benardan sah atas kepemilikan tanah tersebut.    
 
Kebenaran, keabsahan dan pengakuan Negara atas kepemilikan tanah seluas 13,6 Ha (Alm) A Rachman Saleh  diperkuat oleh beberapa Putusan Pengadilan/Hukum, dan terakhir adalah berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung RI No. 225 PK/PDT/1997 tanggal 24 Maret 1998.

"Para ahli waris (Alm) A Rachman Saleh sebagai pemilik sah ke 24 SHM sesuai Putusan PK MA RI No. 225/PK/PDT/1997 tidak diminta persetujuannya dan tidak pernah dilibatkan dalam proses pengalihan 24 SHM menjadi 8 HGB dan 2 HP atas nama PT CAM sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (ilegal)," ungkap Listiani.
 
Dimana pada PP No 40 Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah terutama pada Pasal 34 ayat (8) tertulis/menetapkan 'Peralihan HGB atas Hak Milik (HM) harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Milik yang bersangkutan'.

Listiani juga menyebut tidak ada transaksi pengikatan Akta Jual Beli/AJB dihadapan PPAT antara PT CAM dengan para ahli waris (Alm) A Rachman Saleh yang sah sesuai ketentuan berlaku.

Bukti pelanggaran selanjutnya kata Listiani, pengalihan hak atas 24 SHM menjadi 8 HGB dan 2 HP an. PT CAM hanya berdasarkan SK Kakanwil BPN Provinsi DKI Jakarta tanpa melampirkan persyaratan wajib/pokok, yaitu Akta Jual Beli/AJB dan bukti setor lunas BPHTB sesuai ketentuan yang berlaku (diduga melakukan penggelapan pajak BPHTB pada negara).

Selain itu, kata Listiani, di dalam SK Kanwil BPN DKI Jakarta secara tegas menetapkan bahwa pemberian HGB atas nama PT Citra Abadi Mandiri (CAM) batal dengan sendirinya apabila PT CAM tidak memenuhi kewajiban membayar BPHTB sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.  
 
"Sehingga  sertifikat HGB dan  HP an PT CAM tersebut batal demi hukum atau batal dengan sendirinya karena cacat administrasi dan cacat hukum," ujar Listiani.

Selain itu proses pengalihan hak atau penerbitan sertifikat HGB dan HP atas nama PT CAM oleh Kakan BPN Jakarta Timur terindikasi dan diduga dilakukan melalui Praktik KKN. Dimana  proses penerbitan sertifikat yang sangat cepat dan tidak lazim, yaitu sertifikat selesai hanya dalam tempo 1 (satu) hari.

"Hal tersebut melanggar Peraturan Kepala BPN No 1 Tahun 2010 yang menyatakan jangka waktu penerbitan sertifikat adalah 98 hari," tandasnya.  

Menanggapi tuduhan soal mafia tanah, cacat administrasi dan cacat hukum tersebut Divisi Legal PT Citra Abadi Mandiri (CAM) Lenny Marlina Poluan mengatakan, PT Citra Abadi Mandiri telah membangun dan mengembangkan kawasan Sedayu City dengan membeli Tanah secara sah dari PT Citra Damai Agung (dahulu PT CitraPutra Lestari) dengan memenuhi dan mematuhi seluruh persyaratan dan/atau ketentuan hukum yang berlaku.

"Terhadap klaim dari Ahli waris yang menyatakan adanya cacat hukum dan cacat administrasi dan terkait mafia tanah, merupakan pernyataan yang tidak benar dan tidak didukung fakta-fakta dan bukti-bukti. Sebab A Rachman Saleh semasa hidupnya telah 2 (dua) kali melakukan penjualan tanah yakni pada Tahun 1990 dan Tahun 1993. Namun akibat dari perbuatan A Rachman Saleh yang menjadi Perkara di Pengadilan, telah diselesaikan melalui Perdamaian," kata Lenny Marlina Poluan dalam pernyataan tertulis yang diterima iNews Id Network, Selasa (8/11/2022).

Menurut Lenny Marlina Poluan, PT Citra Abadi Mandiri akan mengambil upaya hukum melalui tuntutan secara pidana dan perdata terhadap pihak-pihak yang dengan sengaja membuat pengaduan palsu ataupun mencemarkan/merugikan nama baik.

"Termasuk apabila terdapat media yang memfasilitasi berita bohong yang tidak benar dan mencemarkan/merugikan nama baik, sesuai ketentuan hukum yang berlaku," tandas Lenny Marlina Poluan.

Editor : Suriya Mohamad Said

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network