JAKARTA, iNewsBekasi.id - Publik San Fernando, Meksiko, pasti tahu dengan sosok Miriam Rodriguez. Di mana dia merupakan wanita perkasa yang berusaha menegakkan keadilan untuk sang putri yang diculik dan dibunuh geng kriminal. Padahal dia telah membayar tebusan seperti yang para pelaku minta, tapi putrinya justru tetap dibunuh.
Diketahui, Meksiko terkenal dengan kasus kejahatan yang tinggi melibatkan geng kriminal narkoba. Ribuan orang hilang tanpa jejak, tak sedikit yang tidak pernah kembali lalu terungkap sudah menjadi tengkorak di kuburan-kuburan massal.
Kisah Miriam pun mengingatkan dengan film Taken, mengisahkan seorang mantan agen CIA dibintangi Liam Neeson mencari putri semata wayangnya yang diculik geng kriminal di Albania.
Namun jika Taken adalah cerita fiksi, apa yang dialami Miriam adalah kisah sungguhan.
Sejak 2014, dia melacak orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan putrinya, Karen (20). Akibat keberaniannya itu, hampir semua pelaku sudah ditangkap polisi dan mendekam di penjara.
Hal yang harus diingat, semua orang itu ditangkap dari hasil jerih payahnya, melacak dan memburu mereka satu per satu, bukan hasil perburuan polisi. Cara Miriam memburu para pelaku juga terbilang rapi, layaknya agen profesional. Dia dengan sabar melacak, membuntuti, hingga menangkap pelaku, dibantu oleh kerabat. Butuh waktu lama baginya untuk menangkap pelaku satu per satu di penjuru Meksiko.
Selama menjalankan aksinya, Miriam tak segan-segan mengubah penampilan. Dia memotong rambut dan mengecatnya, menyamar sebagai petugas survei, petugas kesehatan, dan petugas pemilu demi mendapatkan identitas dan alamat target.
Dengan penyamaran itu dia bisa bertemu keluarga para pelaku untuk mengorek informasi tanpa dicurigai.
Setalah mendapatkan data, dia menyimpannya dengan rapi di dalam tas kemudian memulai pelacakan dan perburuan.
Dari penyelidikannya itu, Miriam mengetahui betul siapa teman, di mana kampung halaman, kebiasaan, bahkan sampai cerita masa kecil para targetnya.
Salah satu yang terekam dalam kisah adalah saat dia memburu target yakni seorang penjual bunga. Pelaku penculikan dan pembunuhan putrinya itu menjual bunga di jalanan serta bergabung dengan kartel Zeta.
Keluarga Miriam yang ikut dalam perburuan mengisahkan, perempuan 56 tahun itu berlari di gang sempit untuk mengejar targetnya. Bahkan dia sampai bergelut dengan target di rel kereta. Perlawanan pelaku berakhir setelah Miriam menempelkan pistol ke punggung pelaku.
"Jika Anda bergerak, saya akan menembak," katanya, seperti dikisahkan kembali anggota keluarga, seperti dilaporkan The New York Times.
Miriam membekuknya sampai hampir 1 jam sebelum polisi datang dan menangkap pelaku.
Dalam 3 tahun saat itu, Miriam menangkap hampir semua pelaku. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, dari mulai anggota geng kriminal, seorang pemeluk Kristen yang taat, sopir taksi, sales mobil, sampai pengasuh anak.
Secara keseluruhan Miriam sudah menangkap 10 orang. Prestasi yang luar biasa untuk ukuran seorang perempuan warga sipil paruh baya sehingga tak heran membuatnya terkenal.
Namun ketenaran Miriam jusru mengundang malapetaka. Kedekatannya dengan pemerintah dan polisi membuat kelompok kartel muak.
Pada 2017, beberapa pekan setelah berhasil memburu target terakhirnya, Miriam ditembak mati di depan rumahnya. Saat itu suaminya sedang menonton TV di dalam rumah.
Sang suami kaget melihat istrinya ambruk dalam posisi telungkup di jalan. Saat itu tangannya masih terselip di dalam tas, sepertinya hendak mengambil pistol untuk melawan.
Bagi banyak warga San Fernando, Miriam dianggap sebagai pahlawan dan simbol melawan impunitas para penjahat.
Perjuangan Miriam kini dilanjutkan putranya, Luis (36).
Artikel ini telah terbit di www.inews.id dengan judul " Kisah Nyata, Ibu Ini Buru Para Penculik dan Pembunuh Putrinya Bertahun-tahun bak Detektif ".
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait