JAKARTA, iNewsBekasi.id - Black Friday merupakan acara belanja terbesar di Amerika Serikat pada tahun 2022 kelihatannya tak seramai tahun-tahun sebelum pandemi. Hal ini disebabkan inflasi yang tinggi di negara Paman Sam tersebut.
Sejumlah konsumen di AS menganggap bahwa pembelian mereka bukan impulsif atau boros.
"Kami sudah menunggu diskon,” kata salah satu konsumen, Tulio Rose, yang membeli TV layar lebar di Best Buy di Los Angeles. Ia menghemat sekira USD500 untuk membeli TV Samsung 85 inch untuk apartemen barunya.
Menurut National Retail Federation, terdapat sekira 166 juta orang berencana untuk berbelanja dari Hari Thanksgiving hingga Cyber Monday tahun ini. Di mana jumlah ini hampir 8 juta lebih banyak dari tahun lalu.
Meski demikian, adanya hujan sporadis di beberapa negara bagian, toko-toko menjadi kurang sibuk dari biasanya pada Black Friday.
"Biasanya di waktu seperti ini, Anda kesulitan menemukan tempat parkir. Tahun ini, saya tidak memiliki masalah mendapatkan tempat parkir," kata Marshal Cohen, Kepala Penasihat Industri NPD Group Inc, dikutip dari CNA, Sabtu (26/11/2022).
Warga AS, terutama yang berpenghasilan rendah, diperkirakan mundur (tidak ikut) Black Friday tahun ini karena inflasi dan harga energi yang lebih tinggi menekan daya beli. Pengecer Eropa menghadapi krisis biaya hidup yang memburuk.
Perusahaan konsultan Kearney mengatakan, pedagang pakaian paling aktif menjual produknya. Mereka menawarkan diskon hingga 60 persen untuk barang dagangan. Perangkat TV dan elektronik juga memberikan diskon besar-besaran untuk menggoda konsumen yang telah mengencangkan dompet mereka.
Walmart menggenjot pemasaran untuk membeli ruang iklan di Twitter dan Instagram, selama pertandingan Liga Sepak Bola Nasional dan di papan reklame dekat Stasiun Penn Kota New York.
Amazon menawarkan banyak penawaran, termasuk diskon hingga 42 persen untuk penyedot debu dan diskon hingga 50 persen untuk Chromebook.
"Sulit untuk mengatakan bagaimana Black Friday berhasil sejauh ini," kata Michael Brown, Partner di Kearney.
"Kita harus melihat seluruh musim liburan. Lambatnya pembelian mungkin akan didorong ke Cyber Monday atau lebih jauh lagi."
Black Friday diperkirakan akan menghasilkan USD9 miliar dari penjualan online, meningkat moderat sebesar 1 persen dari tahun lalu.
Menurut laporan Adobe Analytics, penjualan online nantinya akan mencapai antara USD9 miliar hingga USD9,2 miliar pada Black Friday tahun ini. Proyeksi tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan perusahaan sebelumnya sebesar USD9 miliar.
Terkait hal tersebut, Adobe beranggapan bahwa konsumen AS menghabiskan hampir 3 persen lebih banyak secara online pada Hari Thanksgiving dengan pembelian yang dilakukan melalui ponsel.
Artikel ini telah terbit di IDX Channel dengan judul "Warga AS Ngirit Belanja, Black Friday Sepi Meski Banjir Diskon".
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait