JAKARTA, iNewsBekasi.id - Dalam keadaan stroke LB Moedani atau Benny menyempakan diri menemui Soeharto. Pertemuan antara kedua jenderal senior itu penuh dengan perasaan haru.
Meskipun dalam keadaan terbatas, dari kursi rodanya, LB Moerdani hanya bisa menitiskan air mata bersama Soeharto menjelang akhir hidup mereka sebagai dua tokoh penguasa dalam era Orde Baru.
LB Moerdani adalah seorang Jenderal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dikenal sebagai ahli dalam bidang intelijen. Namanya cukup dikenal dalam masyarakat karena pernah menjabat sebagai tangan kanan dari Presiden Soeharto.
Selama karirnya di Tentara Nasional Indonesia (TNI), LB Moerdani meraih berbagai prestasi. Ia merupakan seorang pejuang sejati, yang pernah berhasil mengatasi pemberontakan PRRI/Permesta dan tidak pernah mundur di garis depan selama konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
Prestasi puncak Benny terjadi saat peristiwa pembajakan pesawat Woyla oleh Komando Jihad di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand. Pada saat itu, Benny yang menjabat sebagai Asisten Intelijen Hankam memainkan peran penting dalam pembebasan sandera.
Namun demikian, LB Moerdani juga adalah seorang manusia. Pada usia tuanya, ia menderita serangan stroke. Menurut buku "Benny Moerdani yang Belum Terungkap," peristiwa stroke yang menimpa Benny terjadi pada tahun 2002. Kejadian itu terjadi saat ia tergelincir di lantai bawah tanah suatu hotel.
Setelah bermain golf, Benny mengalami stroke dan dirawat di Rumah Sakit Tan Tock Seng yang direkomendasikan oleh Perdana Menteri Singapura saat itu.
Di kediamannya, Moerdani tinggal bersama istri dan anak tunggalnya, serta seorang perawat. Mereka selalu mendampingi dan merawat sang jenderal tua setiap harinya karena kondisinya yang membuat Benny tidak bisa berkomunikasi dengan jelas.
Keluarga menggunakan lonceng khusus yang disediakan untuk Benny jika ia membutuhkan sesuatu.
Ketika usianya telah lanjut, Benny Moerdani juga terpaksa menggunakan kursi roda karena tubuhnya yang semakin lemah.
Meskipun sudah sakit dan diketahui menderita penyakit bronkitis dan stroke, perilaku Benny tidak berubah. Dia tidak dapat berhenti merokok. Suatu kali, terjadi kejadian di mana puntung rokoknya tiba-tiba jatuh ke kaosnya dalam keadaan masih menyala. Akibatnya, Benny berteriak dan menahan rasa sakit sejenak.
Di akhir hidupnya, prajurit Kopassus itu akhirnya bertemu kembali dengan Soeharto, dengan siapa hubungannya sebelumnya tidak harmonis. Pertemuan antara kedua jenderal tua itu penuh dengan perasaan haru.
Meskipun dalam keadaan terbatas, dari kursi rodanya, Benny Moerdani hanya bisa menitiskan air mata bersama Soeharto menjelang akhir hidup mereka sebagai dua tokoh penguasa dalam era Orde Baru.
Benny akhirnya meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pada hari Minggu, tanggal 29 Agustus 2004 akibat penyakit yang dideritanya. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
LIHAT JUGA: Pertemuan Haru LB Moerdani dengan Pak Harto Usai Kena Stroke, Menangis Bersama di Sisa Usia
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait