Bisnisnya pun kian menggurita, dengan mendirikan Indomobil, Indocement, dan masih banyak lagi. Selain itu, Salim juga mendirikan Central Bank Asia, yang kemudian berganti nama menjadi Bank Central Asia (BCA).
Namun dia kembali mengalami kejatuhan saat krisis moneter pada 1997 silam. Utang konglomerasi bisnisnya yang mencapai puluhan triliun rupiah memaksanya melepaskan beberapa perusahaan, termasuk BCA.
Kendati demikian, dia kembali bangkit melalui perusahaan yang masih dimilikinya, salah satunya Indofood yang berhasil membuat Indomie mendunia. Bahkan, salah satu produk mi instannya, Indomie Goreng beberapa kali dinobatkan sebagai mi instan terenak di dunia. Pada tahun lalu, predikat itu disematkan oleh LA Times.
Meski bisnisnya kembali bangkit, namun usianya yang terus menua membuat Salim yang pernah masuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia ini akhirnya menyerahkan gurita bisnisnya kepada anaknya, Anthoni Salim. Dia pun memilih menikmati masa tuanya di Singapura hingga meninggal dunia pada 10 Juni 2012.
Sementara di bawah kepemimpinan Anthoni Salim, Salim Group terus berkembang dan menjadi salah satu konglomerasi bisnis terbesar dan berpengaruh di Indonesia. Pada akhir tahun lalu, Anthoni berada di peringkat ketiga orang terkaya Indonesia versi Forbes. Total kekayaan bersih CEO Indofood itu diperkirakan mencapai 8,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp121 triliun.
Itulah kisah jatuh bangun pemilik Indomie, makanan sejuta umat di Indonesia. Semoga menginspirasi Anda.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait