Perjalanan Karier Acil Bimbo, Musisi yang Peduli Pendidikan dan Lingkungan

Diana Rafika Sari
Acil Bimbo meninggal dunia dalam usia 82 tahun. Lalu, siapa sebenarnya musisi ini? Foto: Istimewa

BEKASI, iNewsBekasi.id - Acil Bimbo merupakan salah satu musisi legendaris Indonesia. Namanya populer setelah membentuk grup Bimbo. Namun, kabar duka menyelimuti insan musik di Tanah Air. Pemilik nama asli Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah ini meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada Senin (1/9/2025) pukul 22.22 WIB. 

Jenazah Acil Bimbo disemayamkan di rumah duka di Jalan Biologi No. 4, Cigadung, Bandung, Jawa Barat. Kabar duka ini dikonfirmasi langsung Melly Goeslaw, hingga cucu Acil, Adhisty Zara. 

"Innalillahi wa inna ilaihi roojiun Darmawan Kusumawardhana Hardjakusumah pada hari Senin, 1 September 2025 jam 22.13. Mohon dibukakan pintu maaf untuk almarhum," tulis Adhisty Zara dikutip dari Instagram @zaraadhsty, Selasa (2/9/2025). 

Profil Acil Bimbo 

Acil Bimbo lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943. Dia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah Raden Dajat Hardjakusumah (1916–1968), sedangkan ibunya Oeken Kenran (1921–1999). 

Acil menikah dengan Ernawati dan dikaruniai empat anak serta sejumlah cucu, termasuk artis muda Adhisty Zara dan Hasyakyla Utami, yang sempat menjadi anggota JKT48. 

Dalam keluarga, Acil dikenal hangat dan penyayang. Ia dipanggil “Kiyang” atau “Aki Sayang” oleh cucu-cucunya. Meskipun sempat khawatir dengan kerasnya dunia hiburan dan sempat melarang cucunya masuk industri hiburan, pada akhirnya dia tetap memberikan dukungan penuh atas karier mereka. 

Dari sisi pendidikan, Acil menunjukkan dedikasi akademis tinggi dengan meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Padjadjaran pada 1974 dan melanjutkan pendidikan kenotariatan hingga lulus pada 1994. 

Perjalanan Karier dan Terbentuknya Bimbo 

Perjalanan musik Acil dimulai sejak SMA. Dia bersama kakaknya, Sam membentuk band bernama The Aulas. Setelah bubar, mereka sempat menggunakan nama Aneka Nada dengan Guntur Soekarnoputra sebagai anggota tambahan. Namun, band itu tidak bertahan lama. 

Pada 1966, Acil bersama Sam dan Jaka membentuk trio Bimbo, yang kemudian menjadi legenda musik Indonesia. Nama Bimbo sendiri diberikan oleh sutradara TVRI, Hamid Gruno, yang berarti bagus. 

Awalnya, perjalanan Bimbo tidak mudah. Pada 1969, mereka ditolak perusahaan rekaman Remaco karena musik bernuansa Latin Flamenco dianggap tidak cocok untuk pasar Indonesia. Namun, kontrak bernyanyi di Singapura justru membuka pintu kesuksesan. Mereka berhasil merekam album perdana di Polydor dengan label Fontana pada 1970, yang kemudian meledak di pasaran. Popularitas Bimbo semakin kuat di era 1970-an ketika mereka menambahkan adik perempuan mereka, Iin Parlina, ke dalam formasi.

Kontribusi Sosial dan Aktivisme Lingkungan 

Di luar musik, Acil Bimbo aktif di berbagai kegiatan sosial. Ia mendirikan LSM Bandung Spirit yang berfokus pada isu budaya dan lingkungan. Melalui organisasi ini, ia kerap menginisiasi kegiatan untuk melestarikan budaya lokal dan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan. 

Salah satu kiprah pentingnya adalah saat menyuarakan isu lingkungan di Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 pada 2015. Ia menyoroti masalah privatisasi udara yang terjadi di beberapa negara Asia dan menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem. 

Dedikasi tersebut menunjukkan bahwa Acil bukan hanya seorang musisi, tetapi juga intelektual yang peduli pada isu kemanusiaan dan lingkungan global. Penghargaan dan Warisan Budaya Sepanjang kariernya, Acil Bimbo menerima banyak penghargaan prestisius, seperti Lifetime Achievement Award, Indonesian Choice Awards 2017, hingga Legenda Musik Indonesia di AMI Award 2019. 

Penghargaan ini menjadi bukti kontribusinya yang besar dalam dunia musik Indonesia sekaligus dedikasi panjang yang ia berikan selama lebih dari lima dekade. Kini, kepergiannya meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai. Lagu-lagu Bimbo seperti Tuhan, Sajadah Panjang, hingga Ada Anak Bertanya pada Bapaknya akan terus hidup dalam ingatan publik. Karya-karya tersebut bukan hanya hiburan, melainkan juga pesan moral dan spiritual yang melekat di hati masyarakat Indonesia.

Editor : Tedy Ahmad

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network