BEKASI, iNewsBekasi.id — Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap efisiensi energi dan keberlanjutan industri, dorongan menuju industri hijau kini semakin nyata di Asia Tenggara.
Konsep pembangunan industri hijau ini berorientasi pada efisiensi sumber daya dan ramah lingkungan di setiap tahap proses produksinya, mulai penggunaan bahan baku, energi, air hingga pengelolaan limbah.
Tujuannya adalah agar kegiatan industri tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
CloudN Co., Ltd. (CEO Jungseok Kim) yang berbasis di Korea Selatan menunjukkan langkah konkret dengan menghadirkan manajemen energi pabrik berbasis AIoT (Artificial Intelligence of Things) di Indonesia.
Dalam presentasi Laporan Kinerja Proyek Demonstrasi Teknologi Hijau di Jakarta pada 22 Oktober 2015, acara dihadiri lebih dari 40 perwakilan dari berbagai institusi, termasuk DSC Indonesia, KOTRA Jakarta, Korea Environmental Industry & Technology Institute (KEITI), serta Lotte Mart Indonesia.
CloudN kemudian mengumumkan bahwa sistem C-FEMS berhasil diterapkan di seluruh lini produksi DSC.
Teknologi ini memungkinkan pengumpulan dan analisis data konsumsi energi secara real-time melalui sensor yang terpasang di berbagai mesin utama. Dari hasil analisis, sistem secara otomatis menyesuaikan kinerja peralatan agar efisien tanpa mengorbankan produktivitas.
Proyek ini merupakan bagian dari program “Dukungan Demonstrasi Teknologi Hijau di Luar Negeri 2025” yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup Korea dan KEITI.
Keberhasilan implementasi di DSC menjadi contoh praktik terbaik (best practice) penerapan teknologi hijau Korea di pasar global dan memperkuat posisi CloudN dalam ekosistem ESG (Environmental, Social, Governance).
Hang-Oh Kim, Kepala Tim Perencanaan Strategis DSC, menilai, sistem ini menjadi terobosan penting dalam manajemen energi pabrik.
“Seiring meningkatnya kebutuhan akan efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon, sistem CloudN membantu kami memantau konsumsi energi setiap proses dan membangun fondasi menuju tujuan produktivitas serta ESG secara bersamaan,” ujarnya.
Sementara itu, CEO CloudN, Jungseok Kim, menyoroti potensi besar Asia Tenggara sebagai pasar utama efisiensi energi:
“Biaya listrik di kawasan ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan Korea, dengan waktu pendinginan lebih lama akibat iklim tropis. Banyak pabrik juga menghadapi fasilitas tua dan kekurangan tenaga ahli. Karena itu, pasar penghematan energi dan manajemen fasilitas pabrik di Asia Tenggara bisa mencapai nilai USD 1 miliar,” jelasnya.
“CloudN berkomitmen memperluas teknologi FEMS berbasis AIoT untuk mendukung efisiensi proses dan stabilitas operasional di kawasan ini,” tambahnya.
Berkat keberhasilan proyek di Bekasi, CloudN mulai memperluas jangkauan bisnis ke Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Beberapa calon mitra besar seperti Hyundai Motor Group, Lotte Mart Indonesia (48 cabang), BJC Group (BigC Thailand), serta rumah sakit dan pusat konvensi lokal sedang meninjau penerapan sistem serupa. Tahun depan, CloudN juga menargetkan implementasi C-FEMS di fasilitas DSC di negara lain.
Editor : Tedy Ahmad
Artikel Terkait
