CERITA anak band metal Inggris masuk Islam gara-gara Surat Al Ikhlas dapat menjadi inspirasi semua orang. Allah Subhanahu wa ta'ala tentunya memiliki banyak cara untuk memberikan hidayah Islam terhadap seseorang yang mana menjadikannya mualaf. Hal itu pun dialami musisi heavy metal asal Inggris bernama Matthew.
Dirinya mengungkapkan tak bisa melupakan grafiti Surat Al Ikhlas yang dilihatnya saat masih kecil. Belum berhenti di sana, perjalanan hidup pun membawanya kembali berjumpa dengan surat itu hingga akhirnya mantap menjadi seorang mualaf.
Matthew lahir di Kota London dari seorang ibu berkebangsaan Inggris dan ayah berdarah Irlandia. Namun sedari balita, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Sang nenek kerap mengajaknya berjalan-jalan ke taman Kota London yang terkenal, Hyde Park.
Di taman itu, ada sebuah titik yang menjadi tempat favorit Matthew kecil. Tempat itu adalah tembok dengan coretan grafiti dalam tulisan dan huruf Arab. Ia sama sekali tak mengetahui arti dari tulisan tersebut. Hanya saja bagi Matthew, grafiti tersebut adalah grafiti terindah yang pernah ia lihat dalam hidupnya.
Ketika tumbuh dewasa, Matthew tumbuh menjadi seorang pemberontak. Ia tidak pernah mau tunduk pada aturan ataupun norma yang berlaku. Pemberontakannya mayoritas tertuju pada sistem yang diterapkan oleh Pemerintah Inggris, yang menurutnya tidak adil.
Matthew mengekspresikan sikapnya itu secara ekstrem, terutama melalui jalur musik. Ia bergabung dalam sebuah band yang mengusung campuran heavy metal dan punk. Lagu-lagu yang ia bawakan penuh dengan nada kemarahan.
"Saya seperti iblis versi manusia dalam cara saya memberontak," ucapnya, dikutip dari kanal YouTube Ape Astronaut, Rabu (16/6/2022).
Tidak hanya itu, Matthew juga memenuhi sekujur tubuhnya dengan tato dan lubang tindikan. Meski begitu, dia tidak meminum alkohol ataupun mengonsumsi barang-barang terlarang. Menurutnya, sikap menindik dan menato tubuhnya pun sudah sangat ekstrem kala itu.
Lambat laun dia menyadari jika musik heavy metal dan gaya hidupnya tidak bisa membuatnya bahagia secara utuh. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dan membuat hidupnya belum lengkap. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan mencari Tuhan secara sungguh-sungguh. Matthew pun mulai mencari sosok Tuhan dalam berbagai agama di dunia.
Matthew juga meneliti beberapa sistem kepercayaan lain, seperti marxisme. Tidak membutuhkan waktu lama, dia menyadari bahwa semua kepercayaan dan ajaran itu adalah ciptaan manusia yang diciptakan untuk mengatur dan memuaskan ego manusia. Jiwa Matthew secara otomatis menolak secara tegas bentuk ajaran seperti itu.
Hingga suatu hari, ia berjalan di Kensington High Street dan bertemu seorang pemuda yang membagikan selebaran kepada orang-orang yang lalu-lalang. Rupanya pemuda itu sedang melakukan dakwah jalanan. Setelah membaca penjelasan selebaran tersebut, ia langsung tertarik untuk mengenal Islam lebih dalam.
Ia pun mencari berbagai buku tentang agama Islam untuk belajar, salah satunya berjudul 'Islam, Beliefs, and Teachings' dalam cetakan pertama. Ketika mulai membaca buku itu, Matthew kembali melihat bentuk tulisan yang mirip dengan grafiti di Hyde Park.
Ya, grafiti indah yang sudah tertanam dalam ingatannya sedari kecil. Matthew pun makin bersemangat membaca buku itu sekaligus mencari tahu arti dari gambar grafiti tersebut. Ternyata, grafiti itu adalah Surat Al Ikhlas. Ia pun sangat terkesan bisa mengetahui arti di balik grafiti yang indah tersebut.
Belum berhenti di sana, Matthew masih terus memperdalam ajaran tentang Islam. Setelah merasa benar-benar yakin bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang benar, ia pun mantap memutuskan untuk masuk Islam. Ia bergegas mencari cara untuk bisa resmi masuk Islam. Kemudian, dia menemukan Masjid Raya London yang berlokasi di Regent's Park.
Tanpa pikir panjang, Matthew langsung pergi ke masjid tersebut. Dalam balutan rompi dan sabuk terbuat dari peluru, Matthew yang berambut gondrong biru terang, beranting, penuh tato, masuk ke masjid tersebut. Tentu saja orang-orang di masjid terkejut. Dengan bantuan mereka, pada 4 Februari 1996, Matthew resmi mengucapkan kalimat syahadat dan masuk ke agama Islam. Setelah resmi menjadi mualaf, ia mengubah namanya menjadi Abdullah Malik Jamal Hanif.
Sejak hari itu pula Matthew aktif mengikuti berbagai kegiatan di masjid. Menariknya, Matthew sempat bertemu Cat Stevens, penyanyi idola kedua orangtuanya sejak lama. Bahkan, nama Matthew pun terinspirasi dari salah satu lagi Cat Stevens. Pertemuan ini sepertinya memang jalan yang Allah Subhanahu wa ta'ala atur dalam skenario-Nya.
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Eka Dian Syahputra