"Dia tidak pernah berbicara tentang uang dan dia tidak menjalani kehidupan yang mewah. Dia tidak mencolok dan tidak ingin menarik perhatian," ujar Hyams.
Lebih lanjut dia menggambarkan sosok Bloom adalah seorang pecinta coklat tapi bukan pemberian mahal. Menurutnya, Bloom hanya akan menerima hadiah coklat spesialnya dalam jumlah kecil.
"Dia adalah anak dari era Depresi dan dia tahu bagaimana rasanya tidak punya uang. Dia memiliki empati yang besar untuk orang lain yang membutuhkan dan ingin semua orang mendapat penyelesaian yang adil," ucapnya.
Tak hanya teman, kerabat terdekatnya dan mungkin suaminya yang lebih dahulu meninggal pada 2002 lalu juga tidak mengetahui Bloom telah mengumpulkan banyak uang selama beberapa dekade. Bloom mengumpulkan kekayaannya dari hidup irit dan investasi.
Menurut keponakan Bloom, Jane Lockshin, bibinya yang tidak memiliki anak tersebut, melakukan investasi dengan mengamati investasi yang dilakukan atasannya selama kariernya sebagai sekretaris.
"Dia adalah seorang sekretaris yang melayani bosnya, termasuk investasi pribadi mereka. Jadi ketika bosnya akan membeli saham, dia akan melakukan pembelian untuknya, kemudian dia juga membeli saham yang sama untuk dirinya sendiri, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil," tuturnya.
Karena Bloom tidak pernah membicarakan hal tersebut, bahkan kepada orang terdekatnya, sehingga sangat mengejutkan saat mengetahui bibinya ternyata seorang crazy rich. Saat kematiannya, Bloom diketahui memiliki kekayaan lebih dari 9 juta dolar AS atau jika dikonversi dengan kurs saat ini, sekitar Rp135 miliar.
"Dia memiliki jutaan dolar AS dan dia tidak pernah menyebutkan sepatah kata pun," kata Lockshin.
Editor : Eka Dian Syahputra