JAKARTA,iNews.id - Datang bulan atau menstruasi adalah siklus normal yang dialami wanita. Namun apa jadinya jika seorang wanita memilih berpuasa agar tidak datang bulan dengan alasan tak mampu membeli pembalut.
Hal inilah yang dialami seorang perempuan di Malaysia bernama Endang Hyder. Endang dikenal sebagai period poverty dan ramai menjadi pembicaraan di Malaysia.
Ini merupakan kondisi di mana perempuan tidak bisa membeli pembalut karena masalah ekonomi.
Dilansir dari World of Buzz, Sabtu (13/11/2021) dilaporkan bahwa banyak wanita di Malaysia memilih untuk hamil agar mereka tidak menstruasi. Namun, beberapa wanita berpendapat bahwa itu konyol.
Setelah komentar tersebut, Endang merasa tersinggung karena dia merasa orang-orang mengabaikan masalah ini tanpa pernah mengalami tingkat kemiskinan seperti itu .
Kisah Endang baru-baru ini disorot oleh gerakan sosial kemiskinan Malaysia, Pedulimerah. Kisahnya menyoroti bagaimana seseorang bisa tiba-tiba terkena dampak kemiskinan hingga takut menstruasi.
“Saya berasal dari latar belakang keluarga yang cukup baik. Kami dapat membeli kebutuhan pokok tanpa harus berpikir dua kali tentang harganya," kata Endang.
Ketika pandemi Covid-19 dan lockdown berikutnya dimulai di Malaysia, Endang dan keluarga masih bisa bertahan hidup. Tabungannya pada saat itu memungkinkan keluarganya yang terdiri dari enam orang untuk bertahan selama dua tahun.
Namun, kesehatan ayahnya memburuk sejak April 2020 sehingga menguras keuangan mereka. Biaya medis dan biaya perjalanan ke rumah sakit setiap hari membuat Endang semakin sulit untuk bertahan hidup ketika pandemi melanda. Ia juga punya tiga anak.
“Rata-rata menstruasi saya akan datang setiap 20 -21 hari dan akan terjadi selama lima hingga tujuh hari. Frekuensi penggantian pembalut saya adalah setiap 3 jam. Penggunaan pembalut sekali pakai yang saya butuhkan biayanya sekitar RM60," jelas Endang.
"Saya perlu menggunakan pembalut yang menggunakan bahan yang tidak mengiritasi kulit di sekitar vagina saya,” tambahnya.
Sekitar Juli 2020, Endang menyadari bahwa dia perlu mengurangi biaya untuk memenuhi kebutuhan makanan orangtua dan anak-anaknya. Karena itu, Endang beralih ke merek pembalut wanita yang lebih murah yang harganya sekitar RM15.
“RM15 adalah nilai kecil bagi mereka yang mampu, tetapi dalam situasi saya saat itu, saya merasa bahwa nilai RM15 dapat dihabiskan untuk sepotong kecil ayam mentah yang dapat memberi makan anggota keluarga saya selama empat hari. Saya kemudian mencoba mencari solusi agar tidak perlu membeli pembalut," ujar Endang.
“Karena saya mengalami gangguan pola makan saat berusia 20-an, solusi yang saya pikirkan saat itu adalah puasa agar siklus menstruasi saya terganggu yang pada gilirannya akan mengakibatkan saya tidak menstruasi," lanjutnya.
Menurut Endang, cara ini tidak hanya menghemat uang untuk kebutuhan pembalut, tetapi memungkinkan mengalokasikan uang untuk makanan yang bisa diberikan kepada anggota keluarganya.
“Saya berharap pemerintah memutuskan untuk menyalurkan kebutuhan pembalut berkualitas ke seluruh rumah tangga di seluruh Malaysia dan membantu perempuan memiliki lebih banyak pengetahuan agar dapat mengatasi dan mengelola kesehatan dan kebersihan pribadi selama menstruasi," tandasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta