JAKARTA,iNews.id - PSK online bernama Wita (25) dan Aida (21) enggan menggunakan germo. Keduanya lebih memilih joki pria untuk menjaring pelanggan keduanya.
Wita dan Aida kerap bersetubuh di apartemen yang mereka sewa. “Kerja mereka sama kayak kita. Cari pelanggan begitu ada kesepakatan mereka akan menyambungkan dengan kita,” ujar Wita saat ditemui di apartemen Kembangan, Jakarta Barat, belum lama ini.
Joki tak meminta bagian dari hasil mendapatkan pelanggan. “Kalaupun ada ya itu insiatif dari kita. Besarannya variatif dari Rp50 ribu-Rp150 ribu per pelanggan,” ucapnya.
Melalui aplikasi chatting, Wita menjajakan tubuhnya dengan tarif bervariasi mulai terendah Rp250 ribu hingga jutaan rupiah sekali kencan, layanan seks berpasangan hingga pesta seks asalkan sesuai kesepakatan.
Aida (21) yang menempati salah satu apartemen di Kembangan, Jakarta Barat ini juga memilih bantuan joki dan mengandalkan tawaran serta rayuan melalui chatting. “Kalau joki kan hanya kasih upah berdasarkan keikhlasan mereka yang juga ngebantu jagain kita. Beda dengan mucikari yang dipatok lebih besar,” ujarnya.
Mantan SPG salah satu minuman kemasan itu mematok tarif Rp300 ribu sekali kencan. Dia terjun ke bisnis esek-esek karena tuntutan ekonomi. Tagihan bulan yang besar tak diimbangi pendapatan menjadikan dirinya terpaksa menjajakan diri.
Saat ini, peran mucikari mulai terkikis seiring kelihaian PSK yang bermain secara online. Si PSK online mampu meraup keuntungan maksimal tanpa dipotong embel-embel oleh mucikari.
Jika sebelumnya, PSK mencari pelanggan di lokasi tertentu kini mereka bisa dengan mudah mencari dan mendapatkan pelanggan hanya melalui dunia maya. Artinya, penyedia jasa seks atau mucikari menjajakan PSK tergantikan melalui peran internet. Biasanya PSK online beroperasi lewat media sosial atau aplikasi kencan. Untuk praktiknya biasa dilakukan di tempat yang sangat private seperti hotel, apartemen, dan kos-kosan.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar