Bentuk penilaian seperti itu pun ada maksudnya tersendiri.
"ARTINYA: "Segitiga": sedikit lagi mencapai target. "Lingkaran": sudah memenuhi target. "Lingkaran dobel": melebihi target. Semua dalam perspektif "positif thinking"" tulis akun @fredyfre menjelaskan.
Tak hanya itu, video ini juga menjelaskan bahwa dalam rapor siswa SD di Jepang juga tidak ada sistem ranking karena dikatakan setiap anak hebat dengan karakternya sendiri-sendiri.
Sontak, unggahan ini pun menarik komentar dari para netizen yang melihatnya.
"Coba di indo kyak gini gag bakalan ada emak emak yg bandingin anaknya dlm segi rangking" tulis akun @amaqkangkung15.
"Klo diterapin di indo keren nih untuk case gk ada juara2an biar ank bisa tetep percaya diri dngan kemampuan yg dimilikinya " tulis akun @lestari_cahyani21.
"disini bahkan angkanya di rengkiinggg bestiii beda nol koma bedaaa rwengkinggg" tulis akun @primafiducia.
Editor : Eka Dian Syahputra