JAKARTA, iNewsBekasi.id - Apa jadi jika raja intel Jenderal LB Moerdani membentak Luhut Binsar Pandjaitan saat masih berpangkat letnan kolonel. Semua kisah disampaikan Luhut di di akun Facebook miliknya.
Menerima bentakan dari LB Moerdani menjadi suatu kenangan tersendiri bagi Luhut.
"Almarhum Pak Benny saya kagumi sejak saya masih perwira menengah TNI-AD. Saya mulai kenal beliau sejak saya berpangkat Mayor, sebelum saya bersama Kapten Inf Prabowo Subianto dikirim untuk belajar mengenai pasukan anti-teror di GSG-9 di Jerman Barat.," kata Luhut dalam tulisan bertajuk ‘Tiba-tiba Saya Teringat Pak Benny’ yang diunggah di akun resmi Facebook miliknya seperti dikutip, Rabu (30/11/2022).
Luhut menceritakan, kala itu Benny Moerdani berpangkat Letjen dan menjabat Asintel Hankam/ABRI. Kendati berpangkat jauh lebih tinggi darinya, dari waktu ke waktu Benny selalu minta dirinya memberikan laporan kemajuan sekolahnya.
Benny, kata dia, bahkan tidak malu meneleponnya dan mengajukan pertanyaan yang mendetail.
Seusai menuntaskan pendidikan di Jerman, Luhut memimpin pasukan anti-teror pertama di Indonesia yaitu Detasemen 81 (Den-81) Kopassus. Dia pun semakin sering dipanggil menghadap Benny di kantornya, Jalan Sahardjo (sekarang menjadi Balai Prajurit TNI).
Benny makin intensif mengajak berdiskusi, mulai pelatihan pasukan Den-81 maupun lainnya. “Dari situ saya mendapat kesan khusus mengenai betapa ia memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum,” tutur Luhut.
Bagi perwira menengah, kerap diajak berdiskusi oleh jenderal tentu sebuah kebanggaan. Terlebih ketika itu karier Benny telah melesat dan menjadi Panglima ABRI sekaligus orang kepercayaan Soeharto.
Namun jika terlalu sering dipanggil, justru akan menimbulkan kegelisahan. Begitu pula yang dirasakan Luhut. Akibat sering dipanggil ke kantornya, lama-kelamaan dia menjadi risih.
Kebanggaan dipanggil oleh Panglima ABRI mengecil, karena pasti banyak yang tahu. Luhut berpikir, hal itu juga akan menjadikan para seniornya tidak senang, atau mungkin juga iri.
Suatu ketika saat mood Benny Moerdani bagus, Luhut memberanikan diri mengorek perihal tersebut. Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini menanyakan mengapa dirinya sering dipanggil menghadap dan diajak berdiskusi.
“Pak, mohon izin, lain kali kalau memanggil saya, bisa kah melalui atasan saya?” ucap Luhut.
Luhut menyempatkan untuk mencuri pandang wajah Benny. Apa yang terjadi? Muka jenderal didikan Ali Moertopo itu lalu mengeras.
Kedua tangannya mulai menyapu-nyapu meja. Di sisi lain Luhut menyesal telah bertanya karena Benny menjadi marah. Tapi semunya terlanjur. Luhut hanya bisa pasrah.
Benny tiba-tiba membentak. “Luhut!” ucap Benny.
“Saya jenderal bintang empat…!,” kata ahli telik sandi asal Blora itu seraya menunjukkan tanda pangkat di bahu.
Dia kembali meneruskan ucapannya. “Dan kamu Letkol..!,” kata dia, keras.
Ucapan tegas Benny tak urung membuat ciut nyali Luhut. Dia hanya bisa menjawab siap.
“Sejak itu saya tidak pernah berani menanyakan lagi soal itu,” kenang menteri perdagangan di era Presiden Gus Dur ini.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta