Guru Cabuli 12 Muridnya di Cibiru, Ternyata Ada Tempat Khusus Simpan Para Korban yang Dihamilinya

GARUT, iNews.id - Harry Wirawan seorang oknum guru di Yayasan Pendidikan Sosial Manarul Huda Antapani Bandung, dan ternyata hanya mempunyai satu guru, yaitu Herry sendiri.

Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari juga mengungkapkan, bahwa Herry sang pemilik sekolah bersama yang mempekosa 12 muridnya hingga hamil, punya tempat rahasia untuk menyembunyikan para korbannya saat sedang hamil.

Baca Juga

Istri Meninggal, Ayah di Baleendah Bandung Perkosa 2 Anak Kandung sejak 2021

Tempat rahasia untuk ditempatkannya para korban yang sedang hamil hingga kondisinya kembali pulih.

Tempat tersebut, di peruntukan bagi anak-anak yang baru melahirkan hingga pulih dan pada akhirnya bisa kembali kumpul.

"Jadi di lingkungannya, saat ditanya bayi-bayinya anak siapa mereka bilang anak yatim piatu yang dititipkan," ujar Diah.

Baca Juga

Gadis 12 Tahun di Sampang Diperkosa 9 Orang, Satu Diantaranya Pacar Sendiri

Diah menambahkan, dirinya mendampingi langsung kasus ini dan bicara langsung dengan para korban, hingga detail bagaimana kehidupan mereka sehari-hari di tempat tersebut.

Tak hanya itu, Diah juga paham sekali rasa pahit yang dialami anak-anak. "Merinding saya kalau ingat cerita-cerita mereka selama di sana diperlakukan oleh pelaku," katanya.

Selain itu, Diah melanjutkan, para korban dipekerjakan sebagai kuli bangunan saat membangun gedung boarding school milik Herry di daerah Cibiru.

Baca Juga

Memilukan, Anak 12 Tahun di Medan Jadi Korban Rudapaksa Bergilir hingga Mengidap HIV

Diah mengatakan, saat ini mendampingi dan memberikan perlindungan pada 29 orang, di mana 12 orang diantarnaya di bawah umur.

"Dari 12 orang santriwati di bawah umur, 7 diantaranya melahirkan anak pelaku," kata dia.

Diah menambahkan, Program Indonesia Pintar (PIP) untuk para korban juga diambil pelaku.

Baca Juga

Begini Modus Klasik Guru Ponpes Cabuli 12 Santriwati Hingga 5 Tahun Lamanya

Salah satu saksi memberikan keterangan bahwa ponpes mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang penggunananya tidaklah jelas.

Editor : Fatiha Eros Perdana