JAKARTA, iNewsBekasi.id - Khairul Umam adalah salah satu korban pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sekarang sukses meraup kembali pundi-pundi cuan dengan berbisnis.
Dia terkena PHK di masa pandemi Covid-19 yang sempat mengganas pada dua tahun lalu.
Usai mendapatkan surat PHK dari kantornya, Umam kembali ke kampung halamannya yang di Magelang, Jawa Tengah. Di sana Umam mulai melirik sektor pertanian untuk dijadikan mata pencariannya.
Kerja keras Umam itu pun membuahkan hasil, di mana dia berhasil menembus pasar ekspor, seperti Korea dan Singapura.
Umam mengaku kalau dirinya mempelajari semua sektor pertanian dengan teliti.
Sehingga akhirnya Umam menentukan pilihannya untuk menjadi petani sayuran tanaman hortikultura dan umbi-umbian.
"Karena pertanian itu bagi saya sangat menarik, yang bisa membantu untuk menyediakan pangan kepada seluruh rakyat Indonesia, dan kedua potensi dari tanaman umbi ini juga bagus karena bisa menggantikan dari bahan pokok seperti nasi dan untuk kita ekspor juga," ujar Umam dikutip dari YouTube CapCapung, Senin (9/1/2023).
Umam mengungkapkan kalau komoditas yang dipilihnya bukan tanpa alasan.
Dibantu teman dekat, salah seorang rekan Umam yang memberi tahu bahwa komoditas tersebut punya peluang ekspor yang cukup besar.
Kini, Umam telah mempunyai lahan seluas kurang lebih 1 hektare untuk ditanami komoditas umbi-umbian dan tanaman sayuran holtikultura.
Hasil dari luas lahan yang dimilikinya saat ini mampu mengantongi omzet hingga Rp100 juta dalam satu kali masa panen.
Namun, tak seluruh lahan seluas 1 hektare itu bukan seluruhnya milik Umam, akan tetapi sebagaian ada yang dimiliki petani yang digarap olehnya.
Hal ini yang membuat usai hasil panen tersebut mereka bagi hasil antara pemilik lahan dan penggarap.
"Alhamdulillah petani yang bermitra dengan kami mereka sangat tertarik, karena disisi lain mereka bisa punya sampingan sambil kerja lain, karena tanah atau lahan yang mereka punya udah kita kerjakan dan mereka terima beres dari rumah," jelasnya.
Untuk saat ini terdapat 12.000 meter persegi sawah yang digarap Umam. Satu kali panen mendapat 24.000 kg atau setara dengan 24 ton. Sedangkan harga ekspor untuk 1 kg ubi madu dihargai Rp10.000.
Adapun saat musim panen, Umam melakukan ekspor sebanyak 10 ton ubi madu, maka jika dikalikan 10.000 per kilonya, dalam satu kali panen umum mengantongi omzet Rp100 juta. Adapun masa panen ubi madu sendiri dari mulai penanaman hingga siap panen membutuhkan waktu sekitar 3,5 bulan.
Umam mengatakan kalau 1 hektare lebih sawah yang digarapnya membutuhkan uang sekitar Rp12 juta untuk satu kali panen. Hal tersebut merupakan biaya traktor Rp600.000 per hektare, biaya cangkul Rp4 juta, biaya bibit Rp3 juta, biaya pendangiran untuk 1 hektare Rp4 juta, dan biaya lainnya.
"Pokoknya kita estimasikan itu sekitar Rp12 juta untuk modal untuk luas 1 hektar, dengan modal Rp12 juta, hasil panen selama 3,5 bulan tanam sebesar Rp100 juta," katanya.
Karena itu lah dia menilai kalau berbisnis di sektor pertanian sangat menjanjikan.
Sayangnya, dia menyebut kalau para milenial lebih tertarik menjadi karyawan kantoran.
"Sebenarnya kalau kita gali lebih dalam potensi dari pertanian itu sangat menggiurkan, misal seperti saya yang baru belajar sekitar tiga bulan sudah bisa mengekspor ubi madu ini ke Singapura dan ke Korea," ungkapnya.
Terakhir, dia berharap kalau masyarakat bisa juga ikut tertarik untuk terjun ke sektor pertanian.
"Harapannya untuk para petani muda terutama di wilayah Kabupaten Magelang dan seluruh Indonesia ayo kita bertani karena petani itu keren petani itu bisa menjadi kaya," pungkasnya.
Artikel ini telah terbit di Okezone dengan judul "Cerita Korban PHK Kini Sukses Jadi Petani, Kantongi Omzet Rp100 Juta".
Editor : Eka Dian Syahputra