JAKARTA, iNewsBekasi.id - Pemenang hari kemenangan Idul Fitri adalah orang yang melakukan puasa, sholat wajib dan amalan wajib dan sunah lainnya selama bulan Ramadhan. Bagaimana mungkin mencapai kesucian diri tanpa praktik-praktik ini?
Ustaz Ainul Yaqin, Wakil Presiden (Madani) Dewan Dakwah dan Pendidikan Islam, menyatakan bahwa selain untuk merayakan Idul Fitri, hal itu harus menjadi hari syukur dan simbol telah berhasil memenuhi semua realisasi diri. Tentu saja, kerinduan akan Ramadhan tahun depan juga menjadi penyeimbang.
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata:
“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“(Latha’if Al-Ma’arif hal. 232).
Lantas bagaimana dengan orang-orang yang tidak menjalankan Ramadhan tapi bergembira dan merayakan Idul Fitri?
Puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang sebenarnya disyariatkan bagi orang beriman untuk meningkatkan keimanannya kepada Muttaqin, bukan ibadah yang menjadi syarat masuk ke dalam lingkungan yang saleh, suatu keimanan yang khusus.
Tidak semua umat Islam datang ke area ini kecuali untuk keamanan ibadah yang maju dalam taqwa, oleh karena itu banyak juga umat Islam yang tidak menuntaskan Ramadhan karena lemahnya iman atau masalah lainnya.
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa(Qs.Al Baqarah:183).
Mereka yang merayakan Idul Fitri hanya karena merayakan kegembiraan tidak mendapatkan pahala penuh ibadah puasa, hanya pahala sholat Ied yang sunnah saja.
“Walaupun makna Idul Fitri sangat dalam, yaitu dorongan untuk kembali ke Fitri, tetapi suci adalah definisi telah menyelesaikan seluruh bulan Ramadhan untuk bertindak sebagai tazkiyatul nafs, yaitu mensucikan jiwa, dan zakat fitrah. Sebagai tazkiyatul untuk mensucikan badan yaitu badan Setelah berpuasa dan menunaikan zakat setelah menunaikan, “seorang muslim kembali ke fitrahnya yaitu suci jiwa dan suci badan,” ujarnya dalam pesan yang dikirimkan beberapa waktu lalu.
Seorang muslim yang kembali ke fitrahnya, selain sebagai Abid (hamba Allah) yang taat, juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi untuk menjaga lingkungannya.
Ini adalah beberapa tanda-tanda gambaran seseorang kembali ke fitrahnya setelah menyelesaikan puasa Ramadhan selama sebulan, dan itu akan terlihat pada dirinya setelah puasa
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta