Chotim wibowo
Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia-Kota Bekasi
SHALAT, Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW membawa ribuan makna dalam kehidupan. Pembahasan dari berbagai sisi sudah banyak dilakukan para ulama. Saat ini, ketika tahun 1445 H, peringatan momen bersejarah ini kembali terulang.
Membahas Isra' Mi'raj selalu terkait dengan ibadah Shalat. Rasulullah naik ke Sidratul mutaha, kemudian menerima wahyu akan kewajiban shalat itu. Shalat dalam sehari ada 5 waktu.
Mari kita melihat momentum Isra' Mi'raj kali ini sebagai momen intropeksi diri. Intropeksi terhadap-khususnya, ibadah shalat kita. Sebab ini penting, demi untuk kita sendiri. Baik saat ini, saat masih di dunia, atau nanti saat menghadap Tuhan.
Jujurlah kita nilai, kalau shalat itu bernilai 100, kita saat ini ada dalam posisi di mana. Beranikah kita menilai shalat kita sudah 100 persen seperti diharapkan Islam dan diterima? Atau baru 50 persen? Atau malah baru sangat sedikit nilainya?
Tanya hati kita, ketika setelah takbiratul ihram 'Allahu Akbar', apa yang kita ingat? Pikiran kita sudah fokus menyembah kepada Allah? Atau lagi-lagi, jujur kalau kita sebenarnya masih menyepelekan shalat?
Bagaimana tidak, sesaat setelah takbir justru kita, pikiran kita, konsentrasi kita ke mana-mana. Kita ingat apa saja. Ingat makan, ingat mobil, ingat motor, ingat banyak hal yang duniawi. Bayangan kita sulit untuk khusyuk.
Coba renungkan, ketika kita mengawali shalat, yang seharusnya semata-mata hanya ingat Allah. Tetapi kita justru sebaliknya. Ingat semuanya, kecuali Allah. Parah ya?
Imam Al Ghazali, menyebutkan jika umat Islam agar ketika shalat melepaskan atau memisahkan hawa nafsunya. Harus dilakukan perpisahan dengan kesempatan hidupnya, dan perpisahan dengan seluruh yang dimilikinya.
Shalat adalah suatu munajat kepada Allah SWT. Sehingga sudah semestinya tidak mungkin dilakukan dalam keadaan lalai. Siapa saja yang shalatnya tidak mampu mencegah perbuatan keji dan munkar, dia tak akan bisa semakin dekat dengan Allah.
Bukankah shalat seharusnya bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar? Tetapi pada praktiknya kita sering malas melakukan shalat, atau juga sering lupa berapa rakaat sudah kita lakukan.
Baiklah, sekarang mulai saat ini, kita coba perbaiki shalat kita. Bagaimana caranya?
Mulailah dari syarat sah shalat. Perbaiki wudhu kita. Jangan sembarangan, secepat kilat, yang seringkali melewatkan yang rukun.
Air tidak bisa membasuh sempurna. Jika wudhu sudah cakep, kemudian shalat kita. Pakaian yang kita kenakan. Seringkali pakaian sudah kena najis, tetapi kita cuek. Celana dalam yang sudah kena ciprat air seni misalnya, siapa yang tahu kecuali kita.
Lalu pergilah ke masjid. Awali takbir dengan penuh khusyuk. Mau shalat apa kita? Dan bimbing hati selama shalat unntuk selalu mengingat Allah. Jangan hanya terkecoh dhohir shalat, sedangkan makna shalat dilupakan.
Semoga, Isra' Mi'raj kali ini benar-benar bisa menyadarkan kita akan kekurangan kita. Menyadarkan akan kekurangan dalam shalat kita. Momen evaluasi shalat kita.
Editor : Wahab Firmansyah