get app
inews
Aa Text
Read Next : Balance Bike Championship 2024: Ajang Menumbuhkan Sportivitas Anak Sejak Usia Dini

Booming ketika Pandemi, Begini Nasib Sepeda Brompton saat Ini

Selasa, 07 Januari 2025 | 13:09 WIB
header img
Sepeda Brompton. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Saat pandemi beberapa waktu lalu, produsen sepeda lipat asal Inggris, Brompton Bicycle,  sempat meraih untung besar. Di Indonesia, harga sepeda Brompton bisa naik hingga 3x lipat karena tingginya minat. 

Namun saat ini  hal itu berbanding terbalik, Brompton Bicycle mengalami penurunan keuntungan yang sangat tajam. Keuntungan mereka anjlok lebih dari 99% di tengah turbulensi industri sepeda global. 

Keuntungan Brompton turun drastis dari £10,7 juta (sekitar Rp200 miliar) menjadi hanya £4.602 (sekitar Rp20 juta) pada tahun buku yang berakhir Maret 2024. 

Angka ini bahkan lebih rendah dari harga sepeda Brompton tipe T Line Explore yang merupakan model termahal mereka. 

Penjualan Brompton juga mengalami penurunan sebesar 5,3% menjadi £122,6 juta (sekitar Rp2,3 triliun). Mereka menjual sepeda 8,2% lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. 

Harga sepeda Brompton memang tergolong mahal, dengan model termurah dibanderol hampir £1.000 (sekitar Rp19 juta). 

Direktur Pelaksana Brompton Will Butler-Adams mengatakan, penurunan keuntungan ini disebabkan penjualan sepeda yang lebih rendah dari yang direncanakan di tengah "keadaan yang sangat menyedihkan" di pasar sepeda global. 

Sektor ini dibanjiri persediaan berlebih setelah melebih-lebihkan permintaan sejak pandemi virus Covid-19. "Industri ini masih dalam keadaan kacau dan tidak akan membaik tahun ini. Tidak akan seburuk tahun 2024, tetapi masih ada kelebihan stok," kata Butler-Adams. 

Bisnis sepeda di seluruh dunia terutama di AS dan Eropa, telah terpukul oleh penjualan yang buruk dan pemotongan harga setelah booming selama Covid-19 menyebabkan produksi yang terlalu optimis, yang mengarah ke kelebihan stok di gudang dan toko. 

Sejumlah merek dan pengecer sepeda telah bangkrut dalam dua tahun terakhir, termasuk pengecer online Wiggle dan i-ride.co.uk, serta produsen sepeda Inggris Mercian, Orange Mountain Bikes, dan P Bairstow. 

Butler-Adams menuturkan, Brompton telah terkena dampak pemotongan harga yang luas oleh bisnis yang bermasalah yang mencoba menghabiskan stok, terutama di Eropa dan AS. Industri ini juga menghadapi persaingan dari skema sepeda sewa listrik, seperti Lime, dan munculnya pesaing China yang lebih murah serta startup Inggris Gocycle. 

Brompton telah menunda rencana untuk pindah ke kantor pusat baru di Ashford, Kent, dan membatalkan dividen kepada pemegang saham setelah keuntungan menurun. Pada awal 2024, mereka juga mengumpulkan dana sebesar £16 juta (sekitar Rp300 miliar) dari BGF, sebuah dana yang dibentuk oleh bank-bank termasuk Barclays, HSBC, dan Lloyds, dengan imbal balik 8,5% saham di Brompton. 

Industri sepeda global sedang menghadapi masa-masa sulit. Booming penjualan selama pandemi Covid-19 telah berakhir, meninggalkan produsen dan pengecer dengan kelebihan stok. 

Persaingan juga semakin ketat dengan munculnya merek-merek baru dan inovasi teknologi seperti sepeda listrik. 

Data dan Tren:

 
- Penjualan sepeda global mencapai 130 juta unit pada 2023. (Statista) 
- Pasar sepeda listrik global diproyeksikan mencapai USD40,98 miliar pada 2025.(Statista)
 

Editor : Wahab Firmansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut