Kepala Danantara Rosan Roeslani Masuk Bursa Calon Menteri BUMN
JAKARTA, iNewsBekasi.id- Calon pemimpin baru Kementerian BUMN menarik perhatian masyarakat, termasuk juga muncul wacana peleburan Kementerian BUMN ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Salah satu nama yang disebut-sebut sebagai kandidat adalah Rosan Roeslani. Pengusaha sekaligus Kepala Danantara ini dinilai memiliki rekam jejak dan kedekatan politik untuk menduduki jabatan tersebut. Rosan juga masih menduduki jabatan Menteri Investasi serta Kepala BKPM.
Pengalamannya sebagai mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) memberinya portofolio dari sisi korporasi maupun diplomasi.
Selain itu, Rosan pernah mengisi kursi Wamen BUMN saat Erick Thohir menjadi Menteri BUMN.
Soal ini, pengamat BUMN, Herry Gunawan mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto masih mempertahankan Kementerian BUMN, tanpa dilebur ke Danantara dan Rosan Roeslani dinilai sebagai sosok yang dekat dengan Presiden.
“Selain dekat dengan Presiden sehingga memahami dengan baik visi dan misi Presiden, Rosan juga berlatar belakang profesional, terutama bukan politikus,” ujar Herry yang juga Direktur Next Indonesia Center ini.
Namun, kata dia, jika Rosan ditunjuk maka dia pun harus mundur dari jabatan CEO Danantara sekaligus Menteri Investasi dan Hilirisasi.
Seperti diketahui, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10/ 2025, Menteri BUMN otomatis duduk di Dewan Pengawas Danantara, bukan di Dewan Pelaksana. Artinya, Presiden harus mencari figur pengganti Rosan di dua lembaga strategis tersebut.
“Untuk pengganti Pak Rosan, tentu banyak yang bisa dibidik oleh pemerintah. Terutama dari sektor swasta dengan reputasi yang sudah teruji. Baik yang pengalaman restrukturisasi korporasi, maupaun yang punya keahlian di bidang lembaga keuangan atau lainnya,” tuturnya.
Sementara, Presiden Prabowo telah menunjuk Plt Menteri BUMN yang diisi Donny Oskaria, namun posisi Plt Menteri BUMN tak efektif jika peleburan tak terjadi. Namun demikian, kabar Rosan akan digeser ke Menteri BUMN, sudah santer di kalangan pollitisi dan pengamat pemerintahan.
"Ada sesuatu yang tidak beres di dalam manajemen BUMN-BUMN maupun di dalam pengelolaan holding Danantara. Banyak problem yang harus dibenahi," ujar pengamat politik Rocky Gerung.
Sementara ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi melihat, peleburan Kementerian BUMN ke Danantara masih perlu dikaji lebih dalam terkait risiko ke depannya.
'Karena pemerintah sendiri menyatakan peleburan masih dalam kajian, risiko jeda keputusan dan kebingungan mandat tetap perlu diantisipasi dengan rulebook yang tegas sebelum eksekusi penuh," ujar Syafruddin.
Jika nantinya wacana penggabungan itu tidak terealisasi, ia melihat peran Kementerian BUMN apakah masih relevan menjadi lembaga yang membawahi BUMN masih menunggu perkembangan kebijakan pemerintah selanjutnya.
"Kita tunggu perkembangan kebijakan selanjutnya." kata dia.
Sedangkan soal nama Rosan ini, Syafruddin menyebut jika keputusan itu ada di tangan presiden. "(Soal nama) Tergantung preferensi dan penilaian Presiden," ucrnya.
Editor : Tedy Ahmad