get app
inews
Aa Text
Read Next : Resmi! Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 1443 H Jatuh pada Minggu 3 April 2022

Ahli Gizi Unair Bagikan Tips Sehat Meski Gemar Makan Gorengan, Apa Katanya

Sabtu, 16 April 2022 | 15:25 WIB
header img
Berbagai macam gorengan (foto: iNews.id)

JAKARTA, iNews.id Gorengan sudah jadi menu andalan masyarakat Indonesia saat berbuka puasa. Namun, tak perlu khawatir kolesterol tinggi, begini kata Ahli Gizi dari Universitas Airlangga (Unair).

Menurut Ahli Gizi UNAIR, Lailatul Muniroh agar tetap sehat saat mengkonsumsi goreng-gorengan saat berbuka puasa, yakni harus memerhatikan rentang waktu dan jumlah konsumsinya. Lantaran, tubuh hanya membutuhkan cairan untuk menghidrasi dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa pada tubuh.

Setelah hal tersebut terpenuhi, kata Lail, baru boleh mengonsumsi gorengan kembali. Namun, diingatkan agar tidak mengonsumsi secara berlebihan.

"Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya, dalam jumlah tidak berlebihan, cukup satu sampai dua saja, dan itu pun tidak setiap hari," kata Lailatul dikutip dari laman Unair, Jumat (15/4/2022).

Tak hanya itu, Lailatul juga menyarankan ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi setelah mengonsumsi gorengan. Sebab, sayur dan buah dapat menghambat penyerapan lemak.

Apalagi pada gorengan yang bertepung, sambungnya, karena tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak.

Ia memaparkan pada dasarnya tubuh membutuhkan lemak sebagai sumber energi. Hanya saja, lemak yang dibutuhkan tubuh adalah lemak yang baik, misalnya berasal dari omega 3 dan omega 6.

"Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt. Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan," ucap dia.

Selanjutnya, Lailatul juga menegaskan jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan dapat membahayakan kesehatan. Apalagi jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman.

Pada prosesnya pemakaian minyak yang berulang atau minyak jelantah, lemak diketahui akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh sehingga akan sulit dicerna oleh tubuh.

"Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe dua, serta obesitas," kata dia.

Terakhir, Kepala Program Studi Gizi Unair mengingatkan agar masyarakat tidak sering mengonsumsi gorengan. Jika ingin mengonsumsinya maka gunakan minyak baru satu kali pakai.

"Minyak yang digunakan sebaiknya minyak yang baru, setidaknya baru digunakan satu kali untuk menggoreng," tutup dia.

Editor : Fatiha Eros Perdana

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut