Meski pada awalnya para tetangga mendukung Elsa dengan membeli dagangannya, tapi itu hanya berlangsung 1-2 hari. Setelah itu, pendapatannya turun, sehingga membuatnya sedih.
"Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omzet Rp300.000-400.000 per harinya. Bingung gimana cara balikin modal ke orang tua,” ujar perempuan 27 tahun itu.
Namun dia sadar dan segera bangkit. Elsa mencari solusi dari masalah yang dihadapinya. Dia mulai melakukan diversifikasi barang dan menambah jumlah barang per item, sehingga konsumen memiliki lebih banyak pilihan yang beragam. Dari hanya menjual barang kebutuhan pokok, Elsa menambah produk tersier.
Usahanya menunjukkan hasil yang signifikan saat masa liburan akhir tahun pada Desember 2017. Saat itu, kunjungan wisatawan di Kaliurang meningkat, sehingga memberi dampak positif pada omzet usaha toko kelontongnya.
Melihat potensi yang besar di kawasan Kaliurang, dia pun berusaha bekerja sama dengan pelaku industri wisata di sekitar kawasan tersebut, seperti hotel, rumah makan, dan toko. Untuk kerja sama tersebut, dia menambah modal, sehingga harus berutang kembali kepada orang tuanya. Namun, usahanya membuahkan hasil hingga dia untung besar dan berhasil melunasi utang-utangnya.
"Selesai masa liburan itu omzet naik per harinya dengan titik tertinggi Rp36 juta dan akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke orang tua,” ucapnya.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait