Chotim W
Pengurus IPHI Kota Bekasi
JUMAT pekan ini marilah kita mengingat akan sebuah ayat dalam Surat Alhujurat yaki, ayat 12. Ayat ini penting, khususnya dalam situasi saat ini, saat dimana kita sering terbiasa melanggarnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain (tajassus) dan jangan pula menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat ayat 12).
Mari kita renungkan. Setidaknya ada tiga dosa yang diwanti-wanti oleh Allah untuk dihindari. Bahkan dalam ayat itu dicontohkan dengan gambaran yang tegas. Gambaran seperti kita akan memakan bangkai saudara kita. Apa mau kita?
Tiga hal dosa tersebut, pertama adalah syu'dhon atau berprasangka jelek. Kita sudah seperti orang paling benar saja, orang paling baik saja, kemudian kita mengedepankan prasangka jelek ke seseorang muslim. Ah, dia begini, begitu.
Dari syu'dhon, kemudian biasanya berkembang ke 'tajassus'. Dosa kedua ini juga biasa kita lakukan, bahkan sering kita tidak menyadarinya.
Tajassus adala mencari-cari kesalahan dan aib orang lain. Dalam bayangan kita, pikiran kita, dia atau mereka selalu jelek saja dengan kesalahan ini dan itu. Hati kita jadi penuh dengan kedengkian kepada sesama kita.
Kemudian, ayat tadi juga menyebut agar kita menjauhi ghibah. Ghibah adalah memberitakan prasangka jelek dan kesalahan orang lain kepada orang lain. Dengan mudahnya mulut kita ini menyebut kesalah orang.
Dengan ringannya tangan ini memencet tombol HP untuk menyebar kesalahan orang lain. Sejenak menerima informasi yang tidak jelas, sekilas sudah kita sebarkan.
Tiga sifat tercela ini kemudian dikategorikan sebagai dosa. Dan Allah meminta agar kita menjauhinya. Jangan syudzon, jangan tajassus dan jangan ghibah.
Allah kemudian mengumpamakan, bagaimana kalau ada orang yang memakan bangkai saudaranya? Ih. Menjijikkan bukan. Maka, begitulah. Jauhilah.
Kita simak sabda Rasulullah SAW, disebutkan bahwa derajat seseorang bisa dilihat dari kebiasaannya. Kerendahan diri seseorang adalah ketika ia mudah merendahkan derajat orang lain. Sebaliknya, seseorang akan dinilai tinggi derajatnya jika menghormati sesama.
"Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah keburukan seseorang jika ia menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah SAW juga menyebutkan, nanti di yaumil akhir, akan ada orang yang muflis. Siapa mereka? Mereka adalah orang2 yang bangkrut. Mereka melakukan shalat, puasa, zakat, dan pada hari kiamat menerima amalannya, mendapat pahala.
Namun ada masalah yang membelit dirinya, yaitu dia juga melakukan berbagai tindak kezaliman kepada sesamanya. Dia melakukan berbagai pelanggaran terhadap hak orang lain, seperti:-Ia mencaci, menghina, mengutuk saudara sesama Muslim.
Atau dia melakukan fitnah. Atau juga memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar. Akibat dari kezaliman tersebut, orang tadi harus menebus kesalahannya dengan cara membayarnya. Dengan apa? Dia harus membayar dengan kebaikan-kebaikan yang dia miliki.
Dan bila deposito kebaikannya itu sudah habis, namun belum impas tebusan dosa-dosanya, maka mau tidak mau dia harus menerima kiriman dosa dari orang yang dia zhalimi saat di dunia tersebut. Sampai impas. Naudzubillah.
Sekarang, saatnya yang tepat. Kita memohon ampun dan bertaubat. Kita memohon keberkahan Bulan Rajab, dan Bulan Sy'ban. Lalu diiringi dengan harapan bisa sampai usia kita ke Ramadhan.
Rabbighfirli, warhamni watub alayya. Allahu a'lam bis showab.
Editor : Wahab Firmansyah
Artikel Terkait