Universitas Pancasila Kukuhkan 4 Guru Besar Perempuan

R Ratna Purnama
Universitas Pancasila Kukuhkan 4 Guru Besar Perempuan Universitas Pancasila (UP) mengukuhkan empat guru besar perempuan. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Universitas Pancasila (UP) mengukuhkan empat guru besar perempuan. Total saat ini sudah ada sebanyak 34 guru besar di UP. 

Empat guru besar yang baru dikukuhkan yakni, Prof. Esti Mumpuni, Guru Besar Fakultas Farmasi Bidang Ilmu/Kepakaran Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal, Prof. Hesty Utami Ramadaniati, Guru Besar Fakultas Farmasi Bidang Ilmu/Kepakaran Farmasi Klinis dan Komunitas. 

Ketiga, Prof. Devi Roza Krisnandhi Kausar, Guru Besar Fakultas Pariwisata Bidang Ilmu/Kepakaran Ilmu Pariwisata, serta Prof. Herawati Zetha Rahman, Guru Besar Fakultas Teknik Bidang Ilmu/Kepakaran Manajemen dan Pembiayaan Inovatif Infrastruktur.

Rektor UP, Prof. Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, saat ini sudah ada 34 guru besar di UP. Ditargetkan dalam lima tahun ke depan jumlahnya bisa bertambah dua kali lipat.

“Kalau kampus mau jadi budaya ilmiah unggul minimal guru besar 15 persen. kalau dihitung kira-kira 75-80. Sekarang sudah ada 34, karena itu kita harus segera memacu supaya dua kali lipat,” kata Marsudi dalam keteranganya Jumat (28/2/2025).

Dia meyakini target tersebut realistis dan dapat diukur. Karena saat ini di UP ada 60 Lektor Kepala dan pihak kampus mendorong agar separuhnya bisa menjadi guru besar lima tahun ke depan.

“Kalau separuh saja kita dorong jadi guru besar maka pasti bisa capai target itu. Jadi bukan target yang tidak realistis, tapi target yang sangat terukur. Karena itu diperlukan upaya sistematis oleh universitas untuk mendorong mereka Lector Kepala untuk jadi guru besar,” ujarnya.

Marsudi menuturkan, guru besar memiliki peranan penting dalam pembangunan Negara. Para guru besar tidak boleh hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tapi untuk seluruh kehidupan bangsa.

“Sebagai guru besar dapat tunjangan khusus pemerintah, jadi mereka harus memberikan balik pada masyarakat bagaimana pemikiran mereka bisa diterapkan untuk membawa ke depan jadi bangsa yang optimis bahwa 2045 Indonesia Emas bisa tercapai,” tuturnya.

Menanggapi fenomena #kaburajadulu, Marsudi menegaskan, hal ini menjadi tugas para guru besar di Tanah Air untuk memberikan pencerahan pada anak muda yang merasa pesimis dengan kemajuan bangsa. 

Oleh karena itu, para guru besar harus memberikan kontribusi nyata agar rasa optmis kembali hadir di kalangan anak muda.

“Mungkin memang ada sebagian benar, ada juga tidak. Benar atau enggak itu tidak penting. Yang penting sekarang bagaimana guru besar di Indonesia berkontribusi memberikan pemikiran pada bangsa agar Indonesia gelap tidak terjadi,” katanya.

Menurutnya dengan ramainya pandangan #kaburajadulu adalah hal yang menyedihkan saat ini. Karena sebagian anak muda pesimis kepada nasib bangsa. 

"Nah inilah tugas guru besar untuk membuktikan itu salah. Meninggalkan Indonesi dan Indonesia Gelap itu salah. Tugas guru besar untuk menyumbangkan pemikiran pada kehidupan bangsa bahwa itu tidak akan terjadi, Indonesia gelap tidak terjadi,” ucapnya.
 

Editor : Wahab Firmansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update