Lebih lanjut, Syafii mengakui bahwa kerusakan sistem deteksi dini ini telah mengganggu pelaksanaan operasi SAR yang dilakukan oleh Basarnas. Ia juga menyoroti pergeseran posisi Indonesia dalam ranking negara-negara yang memiliki kemampuan SAR.
"Tahun 2024 tergeser ke posisi enam setelah Singapura, Amerika, Australia, Vietnam, Hongkong, dan China. Dan tahun 2025 ini juga mengalami penurunan ke posisi delapan," imbuhnya, menunjukkan penurunan performa yang bisa jadi terkait dengan keterbatasan fasilitas.
Anggota Komisi V DPR RI turut menyoroti permasalahan ini. Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, misalnya, menyebut bahwa Basarnas bahkan belum memiliki alat sonar yang memadai untuk mencari titik lokasi kapal yang tenggelam secara pasti, hanya mampu mendeteksi keberadaan korban di dalamnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
