BEKASI, iNewsBekasi.id - Demonstrasi yang mengubah dunia menarik perhatian publik. Di Myanmar, Palestina, Thailand dan di seluruh dunia, orang-orang turun ke jalan untuk melawan penindasan dan memenangkan perubahan.
Aksi protes di berbagai negara kerap menghadapi tantangan yang sulit, tetapi berhasil mencapai terobosan. Berikut aksi besar yang mendorong perubahan.
Demonstrasi yang Mengubah Dunia
1. Global (Black Lives Matter)
Melansir Yes Magazine, pembunuhan George Floyd oleh polisi pada Mei 2020 menggema di seluruh dunia, memaksa orang-orang turun ke jalan untuk menuntut perubahan nyata demi menghormati kehidupan dan hak-hak warga kulit hitam.
Meskipun perubahan sistemik diperlukan, gerakan ini telah mencapai beberapa dampak awal. Para politisi mengakui bahwa mereka perlu berbuat lebih baik dalam memerangi rasisme. Perusahaan-perusahaan besar menarik iklan media sosial karena ujaran kebencian. Di negara-negara seperti Belgia dan Inggris, badan-badan baru dibentuk untuk memeriksa warisan kolonial. Untuk pertama kalinya, reformasi kepolisian dimasukkan dalam agenda di kota-kota besar di AS.
2. Argentina (Aborsi Dilegalkan)
Perjuangan sengit untuk hak-hak mencapai hasil di Argentina pada bulan Desember ketika aborsi dilegalkan. Generasi perempuan muda menjadikan ini perjuangan mereka yang menentukan, dan di samping advokasi politik, demonstrasi massa menunjukkan popularitas dukungan untuk perubahan, dengan orang-orang mengenakan warna hijau khas gerakan tersebut.
Protes berperan penting dalam melawan kekuatan konservatif yang bertekad mempertahankan status quo. Gerakan ini berharap dapat menginspirasi perubahan serupa untuk hak-hak perempuan di seluruh Amerika Latin.
3. India (Petani Melawan)
Pemerintah otoriter India jarang mau mendengarkan. Namun, mereka tidak memperkirakan reaksi keras dari petani kecil ketika secara sepihak memberlakukan perubahan besar pada undang-undang pertanian yang telah berlangsung puluhan tahun.
Puluhan ribu petani berunjuk rasa di Delhi dan masih berada di sana hingga saat ini, menuntut pencabutan undang-undang tersebut. Pada bulan November, pemogokan sekitar 250 juta warga India menunjukkan bahwa protes para petani telah menyentuh urat nadi nasional. Setelah gagal membubarkan dan kemudian menekan gerakan tersebut, pemerintah terpaksa memberikan konsesi.
4. Guatemala (Pemotongan Anggaran Publik Dibatalkan)
Pengumuman pemerintah Guatemala pada November 2020 tentang rencananya untuk memangkas dana pendidikan dan perawatan kesehatan memicu kemarahan, karena layanan-layanan ini paling terbebani oleh pandemi.
Ribuan orang tergerak untuk memprotes pemotongan layanan, korupsi yang berkepanjangan, dan kekerasan endemik, dan meskipun tanggapan awal pemerintah brutal, mereka dengan cepat mundur dan menarik anggaran.
5. Italia (Sarden Membalikkan Arus)
Ketika partai Liga sayap kanan berupaya menang di wilayah Emilia-Romagna di Italia tengah pada awal 2020, gerakan Sarden dimobilisasi untuk menegaskan bahwa banyak yang tetap menentang rasisme dan kebencian.
Rencananya adalah berdesakan seperti ikan sarden di alun-alun untuk membuktikan bahwa bukan hanya kaum sayap kanan ekstrem yang mampu mengumpulkan massa, dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka tidak sendirian dalam menentang Liga.
Sarden langsung sukses, berhasil mengumpulkan 15.000 orang pada pertemuan pertama, dan taktik ini dengan cepat diadopsi di tempat lain. Liga gagal memenangkan pemilihan Emilia-Romagna, dengan jumlah pemilih yang meningkat pesat, didorong oleh Sarden.
6. Jepang (Melawan Pendana Bahan Bakar Fosil)
Para demonstran iklim Jepang memberikan pukulan telak terhadap industri batu bara pada Maret 2020, ketika mereka berunjuk rasa di luar kantor pusat Mizuho Financial Group, salah satu pemodal terbesar di dunia untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Didukung oleh kampanye daring dan iklan pers bisnis, para demonstran juga mengajukan resolusi pemegang saham. Tekanan itu berhasil, dan bulan berikutnya Mizuho berkomitmen untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara baru dan mengakhiri pinjaman batu bara pada tahun 2050.
7. Malawi (Pemilu Ulang)
Malawi menyaksikan sejarah pertama di Afrika pada Juni 2020, ketika pemilihan umum diulang setelah pemilu yang sarat dengan penyimpangan tahun sebelumnya.
Protes yang dipimpin masyarakat sipil selama berbulan-bulan memainkan peran penting dalam terus menekan agar demokrasi dihormati. Partai yang berkuasa digulingkan dalam pemilu ulang tersebut, memberikan harapan bahwa nilai-nilai demokrasi mengakar kuat di Malawi, memberikan inspirasi di seluruh benua.
Editor : Tedy Ahmad
Artikel Terkait
