BEKASI, iNewsBekasi.id - Harga logam mulia dunia terkoreksi tajam jelang Tahun Baru, tepatnya pada Senin (29/12/2025). Bukan hanya emas, demian juga perak dan platinum yang turun dari rekor tertinggi yang sempat dicapai pada hari yang sama.
Pelemahan terjadi seiring investor melakukan ambil untung setelah reli kuat belakangan ini, di mana emas spot merosot 4,43 persen ke level USD4.332,56 per troy ons, setelah sebelumnya menyentuh rekor USD4.549,71 pada Jumat pekan lalu.
Harga platinum anjlok 14,5 persen menjadi USD2.096,53 per troy ons, setelah sempat mencapai puncak rekor USD2.478,50 pada awal sesi. Perak juga terkoreksi 9,5 persen ke USD71,66 per troy ons, turun dari rekor tertinggi USD83,62 yang tercapai sebelumnya pada hari yang sama. Sementara, paladium spot ambles 15,9 persen ke USD1.617,47 per troy ons.
“Semua logam ini telah naik ke level tertinggi, baik tertinggi terkini maupun sepanjang masa. Yang kita lihat sekarang adalah aksi ambil untung dari level yang sangat tinggi tersebut,” ujar Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger, dikutip Reuters.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak sekitar 65 persen. Platinum dan paladium juga berada di jalur kenaikan tahunan.
Perak mencatat kinerja paling unggul dengan kenaikan sekitar 147 persen sejauh ini, didorong statusnya sebagai mineral kritis, keterbatasan pasokan, serta meningkatnya permintaan industri dan investor.
“Saya percaya fundamental berupa kendala pasokan perak masih menjadi faktor penting di pasar, dan prospeknya tetap positif menuju 2026,” ujar Meger.
Di sisi geopolitik, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump pada Senin bahwa Rusia akan meninjau kembali posisinya dalam perundingan damai, menyusul apa yang disebut Moskow sebagai serangan drone Ukraina terhadap sebuah kediaman presiden Rusia, menurut pernyataan Kremlin.
Emas dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) yang cenderung berkinerja baik di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Sementara itu, Strategis Komoditas di TD Securities, Daniel Ghali, menilai penurunan harga diperparah oleh keterbatasan likuiditas, yang sebagian besar terkait dengan tenggat waktu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memberikan rekomendasi atas investigasi mineral kritis, serta kondisi perdagangan yang menipis karena libur.
Editor : Tedy Ahmad
Artikel Terkait
