Hal itu dia cerita ke ibunda tercinta dan sang ibu merasa sangat terpukul sampai menangis. Kejadian tersebut, kata Sudhamek membuat luka batin.
Dia yang beranjak dewasa akhirnya melakukan perubahan saat duduk di bangku kuliah. Selepas mendapat gelar sarjana, dia bekerja di perusahaan orang lain. Padahal ayahnya memiliki perusahaan sendiri yang memproduksi biskuit.
"Dari TK sampai SMA saya nakal. Sekolah serius waktu mahasiswa sampai ambil 2 jurusan. Lulus kuliah saya bekerja di perusahaan lain karena tidak mau bebani ayah saya. Saya tidak menyadari keptusan itu tidak membuat ayah saya happy," ujar konglomerat dengan gelar sarjana ekonomi dan hukum dari Universitas Kristen Satya Wacana itu.
Tiga tahun bekerja di perusahaan orang, dia akhirnya memutuskan kembali dan membesarkan perusahaan keluarganya. Itu dilakukan setelah kakak-kakaknya bersedia memenuhi syarat yang diajukannya.
"Saya siap bantu tapi dengan satu kondisi, hubungan atasan dan bawahan, bukan kakak-adik karena kalau saya memimpin sebagai adik paling kecil enggak bisa jadi effective leader. Setela hampir 3 tahun, mereka baru katakan oke," tuturnya.
Dia bersama saudaranya pun membesarkan perusahaan keluarga, mengembangkan dari hanya kacang kulit, ke kacang atom dan produk lainnya. Pengalamannya di perusahaan besar sebelumnya menjadi bekal dia membesarkan Garuda Food.
Mengutip laman Garuda Food, sebelum membesarkan Garudafood, Sudhamek pernah menduduki sejumlah jabatan penting di berbagai perusahaan, antara lain Direktur Utama PT Trias Sentosa Tbk (1990-1991), Direktur Eksekutif Djuhar Group (1991-1994), dan Vice President PT Posnesia Stainless Steel Industry, sebuah perusahaan joint venture dengan Posco, Korea Selatan (1994-1997).
Editor : Eka Dian Syahputra