Sejak masuk perguruan tinggi, ia makin mantap memeluk agama Islam. Afifah sampai menangis setiap malam karena keinginannya memeluk Islam belum terwujud.
Keluarganya sampai heran mengapa mata Afifah selalu sembab, tapi mereka menganggap mungkin anak muda menangis hanya karena urusan cinta atau perasaan, sehingga tidak ada kecurigaan sama sekali.
Pada suatu malam Afifah sudah memantapkan diri dan yakin memeluk Islam. Tidak berselang lama, keesokan harinya ia langsung memeluk agama Islam setelah adzan dzuhur.
Perasaannya kala itu sangat lega setelah berhasil mengucap dua kalimat syahadat. Afifah langsung memeluk Islam tanpa memikirkan bagaimana konsekuensi yang akan diterima dari keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Awalnya ia memeluk Islam secara diam-diam dan tetap mengikuti kegiatan agama sebelumnya karena masih memikirkan rasa sayang kepada orangtuanya. Namun akhirnya keluarganya tahu dan sangat menentang keputusan tersebut.
"Saya masih menyembunyikan hal itu (keputusan mualaf) sekitar beberapa hari kepada keluarga saya. Tapi pasti setiap hal yang disembunyikan itu akan ketahuan dan akhirnya keluarga saya tahu," lanjutnya.
Mengetahui keputusan Afifah itu, jelas kemarahan keluarga tidak terbendung lagi. Sambil berlinang air mata, ia menyebut kemarahan yang sangat besar membuat mereka berencana memaksa Afifah kembali ke agama sebelumnya.
"Orangtua saya sangat tidak setuju dan marah besar kepada saya hingga orangtua saya ingin mempunyai rencana agar saya kembali ke agama saya sebelumnya," sambungnya.
Editor : Eka Dian Syahputra