SINGAPURA,iNews.id – Lione Messi-nya Asia Tenggara siapa yang berhak menyandang predikat tersebut Egy Maulana Vikri ataukah Chanathip Songkrasin?
Kini keduanya pun berjumpa di Final Piala APP 2020 di Singapore National Stadium pada hari ini dan 1 Januari 2022.
Laga itu akan menjadi saksi sejarah bagaimana adu Messi Asia Tenggara itu.
Di Asia Tenggara saat ini, sebenarnya ada 3 pemain yang mendapatkan julukan sebagai Lionel Messi di negaranya masing-masing. Yaitu Egy Maulana Vikri (Timnas Indonesia), Chanathip Songkrasin (Thailand) dan Nguyen Quang Hai (Vietnam).
Sayang Nguyen Quang Hai sudah dipulangkan oleh Chanathip Songkrasin. Kini tinggal tersisa Chanathip dan Egy untuk memperebutkan status Messi terbaik di Asia Tenggara.
Bintang Thailand, Chanathip Songkrasin (FOTO: ASEAN Sports).
Berdasarkan performa hanya di Piala AFF 2020 saja, Chanathip untuk sementara lebih unggul dari Egy. Pasalnya Chanathip sudah mulai bermain di laga kedua fase grup Piala AFF 2020, sedangkan Egy baru diturunkan Shin Tae-yong sebagai pengganti pada semifinal leg kedua.
Hal itu membuat Chanathip unggul dari sisi produktivitas gol (2) ketimbang Egy (1). Tapi perlu dicatat kalau Chanathip Songkrasin baru mencetak gol di laga ketiganya di Piala AFF 2020, sedangkan Egy sudah langsung merobek jala lawan saat main pertama kali.
Secara usia, Chanathip (28) memang lebih tua dari Egy Maulana Vikri (21), makanya wajar kalau prestasinya lebih kemilau. Chanathip tercatat sudah berhasil membawa Thailand jadi juara Piala AFF sebanyak 2 kali.
Di level klub, Chanathip Songkrasin berhasil raih sejumlah gelar domestik bersama BEC Tero Sasana dan Muangthong United. Itu menjadi alasan mengapa Chanathip kemudian direkrut oleh klub Jepang, Hokkaido Consadole Sapporo.
Di Jepang, Chanathip pun meraih berbagai penghargaan individu seperti Best XI J.League 2018 dan pemain terbaik Consadole Sapporo 2018. Chanathip sendiri mendapat julukan Messi Thailand gara-gara gaya mainnya yang begitu licin.
Baca Juga : Head to Head Timnas Indonesia Vs Thailand: Skuad Garuda Selalu Kandas di Final
Gelandang serang berpostur 1,58 meter itu memiliki kemampuan dribel sangat aduhai hingga sanggup melewati 2-3 pemain sekaligus. Kecepatannya juga tak perlu diragukan, golnya ke gawang Vietnam di semifinal Piala AFF 2020 bisa terjadi berkat kemampuan spesialnya itu.
Tapi Egy Maulana Vikri tak kalah hebatnya, sejak muda ia sudah dianggap sangat berbakat. Bahkan pengakuan itu tidak hanya dari dalam negeri, tapi luar negeri.
Masih segar dalam ingatan kita ketika The Guardian melihat Egy Maulana Vikri masuk dalam 60 pemain muda berbakat paling menjanjikan di tahun 2017 lalu. Di turnamen Toulon pun, Egy dianugerahi penghargaan yang pernah dimenangkan Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo.
Egy Maulana Vikri memang tak pernah membela tim lokal Indonesia, kariernya langsung dimulai bersama klub Polandia, Lechia Gdansk. Meski ia jarang bermain, tapi Egy tetap tercatat meraih gelar juara seperti Piala Super Polandia dan Piala Polandia.
Barulah setelah pindah ke FK Senica di Slovakia, Egy Maulana Vikri mulai bisa menari-menari di langit Eropa. Secara total, Egy telah bermain dalam 15 laga di semua ajang dengan torehan 2 gol dan 4 assists bagi FK Senica.
Saking pentingnya Egy bagi Senica, mereka bahkan sampai tak rela jika melepas bintangnya itu sejak awal turnamen Piala AFF 2020. Egy juga mendapat julukan Messi Indonesia berkat keterampilannya dalam mendribel bola di atas rata-rata.
Saat menyingkirkan Singapura di semifinal Piala AFF 2020, harus diakui sedikit banyak ada andil Egy Maulana Vikri. Tusukan maut yang dibarengi kelincahannya membuat pinggang para bek Singapura seperti mau patah di babak tambahan.
Pada akhirnya Egy Maulana Vikri dan Chanathip Songkrasin sama-sama hebat, lincah, cepat, cerdas sehingga layak disebut Messi di negara masing-masing. Chanathip boleh saja lebih senior dari Egy, tapi bukan berarti yang tua akan menang, lantas siapa bakal unggul? final Piala AFF 2020 akan jadi saksi sejarah duel Messi Asia Tenggara itu.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar