JAKARTA, iNewsBekasi.id - Berikut kisah Paris bule cantik asal Australia. Dia sudah menjadi mualaf selama 6 tahun. Saat ini Paris bersekolah jurusan hukum bekerja untuk kepolisian.
Perjalanan Paris jadi seorang mualaf bermula ketika dia lulus SMA. Menariknya dia mendapat hidayah justru saat mengikuti pelayanan gereja. Paris bertugas untuk berkhotbah dan rencananya dia bakal dijadikan seorang pendeta.
Namun takdir berkata lain, satu tahun seusainya alih-alih menjadi seorang pendeta bule cantik ini justru memutuskan menjadi seorang Muslim. Bahkan dia rela meninggalkan beasiswa sekolah misionaris demi belajar agama Islam.
Alasan Paris meninggalkan semua itu karena setelah mendalami teologi Kristen, dia justru menemui banyak pertanyaan yang tak terjawab, dan juga kontradiksi yang tak bisa dimengerti. Sampai akhirnya Paris mengenal Islam dari seorang teman muslimnya.
Paris mulai mempelajari Islam dari keluarga teman muslimnya. Banyak kesamaan yang dia temukan dari Islam dan Kristen. Kesamaan itulah yang membuat perempuan asal Australia terpana dengan Islam.
Dari semua kesamaan itulah Paris menyadari bahwa Islam yang menjadi pelengkap, menjadi jawaban dari semua pertanyaan yang tidak terjawab dalam pikirannya. Itulah yang menjadi titik awal perjalanan Paris lebih mendalami Islam.
Keputusannya untuk memeluk agama Islam tidaklah terjadi begitu saja secara instan. Keyakinan tumbuh secara perlahan dan bertahap, bermula dari hal-hal kecil yang Paris sadari. Kemudian juga kebiasaan-kebiasaan dan perilaku yang diajarkan dalam Islam membuatnya semakin yakin inilah jalan hidup yang sebenar-benarnya.
Dalam kurun waktu satu tahun Paris memutuskan untuk mengucap 2 kalimat syahadat dan menggunakan hijab. Awalnya menjadi seorang muslim bukanlah hal yang mudah baginya. Apalagi Saat itu Paris masih berusia 18 tahun dan ditentang oleh orangtuanya.
Namun, Paris berusaha menjelaskan dan meyakinkan kedua orangtuanya bahwa keputusannya memeluk agama Islam tidak main-main. Dia berusaha menjaga komunikasi yang baik dengan orangtuanya, berusaha membuat mereka memahami Islam, dan menjaga agar tidak merusak hubungan keluarga. Paris merasa dia tidak perlu mendebatkan urusan agama dengan keluarganya dan berusaha membuktikan meski keyakinan berbeda mereka masih bisa hidup berdampingan.
Editor : Eka Dian Syahputra