JAKARTA, iNewsBekasi.id - Haidir Anam meski awalnya bekerja sebagai kuli serabutan namun siapa menyangkan mampu menjadi anggota TNI AD melalui Seleksi Calon Tamtama pada tahun 2020 lalu.
Proses perjalanannya menjadi anggota TNI AD pun terbilang cukup menarik untuk diketahui publik dan menjadi bahan inspirasi.
Awalnya Anam selalu bekerja keras sebagai kuli bangunan di Jakarta untuk menutupi kebutuhan hidupnya serta orangtuanya. Pada usia 20 tahun, ia merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai kuli bangunan di sekitar lokasi Markas Besar TNI AD.
“Saya di sini kerja proyek, kuli bangunan lah, kerjain saluran, masang keramik juga, mengecat segala macam lah. Upah cuma Rp120 ribu tapi Alhamdulillah cukup buat keluarga saya,” kata Anam, seperti dikutip dari kanal YouTube TNI AD pada tayangan Buletin TNI AD pada Selasa (5/3/2024).
Meskipun hanya mendapat upah yang pas-pasan sebagai kuli, Anam bersyukur karena dapat menghidupi dirinya sendiri dan sembilan anggota keluarganya di kampung. Anam menjadi yatim piatu setelah kehilangan ayahnya pada tahun 2014. Sejak itu, ia membantu ibunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, merawat adik-adiknya.
“Saya ditinggal oleh ayah saya, sebelum meninggal dia berkata, ‘bapak hanya menitipkan agar kamu menjaga adik-adikmu dan ibumu’. Saya selalu mengingat kata-kata itu, itulah mengapa saya ingin bekerja, saya tidak ingin mengecewakan titipan terakhir ayah saya,” ungkapnya.
Anam menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs). Setelah itu, ia memutuskan untuk bekerja sebagai kuli untuk mencari nafkah. Meskipun bermimpi menjadi prajurit TNI sejak kecil, Anam terpaksa menyimpan impian tersebut.
Namun, semangat Anam untuk menjadi prajurit TNI kembali muncul ketika bekerja di Jakarta. Dan secara kebetulan, Tuhan mempertemukannya dengan Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa saat itu.
Jenderal Andika, yang aktif berolahraga di sekitar Markas Besar TNI AD, menghargai semangat dan dedikasi Anam, seorang kuli.
Ketika pendaftaran Seleksi Calon Tamtama TNI 2020 dibuka, Andika menyarankan Anam untuk mengikuti tes. Tanpa ragu, Anam mempersiapkan dirinya dengan antusias, mulai dari administrasi hingga fisik.
“Saya juga melakukan persiapan dengan berolahraga, dari jam 07.00-08.00 malam, lalu tidur, kemudian lanjut lagi dari jam 03.00-04.00 pagi, saya menyisihkan waktu selama satu jam untuk berolahraga. Karena jika saya berolahraga pagi bersama rombongan TNI di sini, saya merasa malu, saya hanya seorang kuli bangunan, saya sadar akan hal itu,” ujar Anam.
Selama persiapan, Anam dibantu oleh rekannya Sandi, seorang kuli lainnya. Sandi, yang memiliki semangat tinggi, memberikan dukungan kepada Anam.
“Saya berteman dengan Anam sejak dulu, kami dekat seperti saudara. Anam ingin berlatih lari pagi, saya membangunkannya, jam 03.00 pagi. Anam ingin berlari bersama Sandi, meskipun Sandi tidak bisa berlari, tetapi Sandi bisa memberikan dukungan dan semangat,” kata Sandi.
Anam melalui latihan fisik dengan sungguh-sungguh, mengikuti serangkaian seleksi yang ketat. Akhirnya, Anam berhasil lulus menjadi prajurit TNI AD. Hal ini membawa kebahagiaan bagi Anam, keluarganya, Sandi, dan orang-orang di sekitarnya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar