Bahkan saat itu Tri sempat masuk sebagai kader Golkar. Namun karena jumlah kursi Golkar di DPRD untuk mengusung Pepen-Tri itu tidak memenuhi kuota, maka Tri akhirnya maju mendampingi Pepen masuk lewat Partai Amanat Nasional (PAN).
Setelah terpilih jadi Wakil Wali Kota, Tri meninggalkan PAN dan bergabung dengan PDI Perjuangan (PDIP). Alhasil, ia menduduki posisi bergengsi yakni sebagai Ketua DPC PDIP Kota Bekasi.
Banyak kader banteng di Kota Bekasi berharap di bawah kepemimpinan Tri Adhianto suara PDIP menjadi naik. Namun justru sebaliknya perolehan kursi DPRD pada Pileg 2024 jeblok. Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu harus puas mendapatkan 9 kursi, padahal sebelumnya mendapatkan 12 kursi.
“Menurunnya perolehan kursi PDIP di DPRD Kota Bekasi mengindikasikan bahwa ketua partai yang lahir bukan melalui kaderisasi akan sulit mempertahankan ideologi dan menjaga marwah partai,” ungkap pria yang akrab disapa Joker ini kepada wartawan. Sabtu (12/5/2024).
Selain itu kata dia, dampak bagi partai yang diisi oleh seorang kutu loncat adalah rusaknya sistem kaderisasi partai, karena seorang bisa menduduki sebuah posisi tanpa melewati jenjang kaderisasi yang ada. Selain itu akan melahirkan kecemburuan politik terhadap kader yang telah lama membesarkan partai.
Menurutnya, kader partai kutu loncat biasanya miskin ideologi. Tak bisa di pungkiri bahwa ideologi adalah landasan berpikir, bertindak, memandang dan memutuskan dari seorang pribadi. Bila seseorang tidak memiliki ideologi, akan sangat mudah baginya untuk digoyang atau tidak konsisten akan kebijakannya.
Seorang yang tidak memiliki landasan memimpin yang kuat akan tidak memiliki arah yang jelas dalam kepemimpinannya. Ibarat seorang nakhoda kapal, ideologi adalah peta dan kompas.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta