BEKASI, iNewsBekasi.id - Hari Tasyrik jatuh pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah setelah Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah. Sebagai orang beriman, hendaknya memaksimalkan upaya untuk meraih rahmat dan pahala dari Allah di Hari Tasyrik tersebut.
Jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Perbanyaklah amal soleh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah. Beberapa amal yang disyariatkan untuk dilakukan di hari Tasyrik antara lain:
1. Memperbanyak Dzikir
Allah berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203), yaitu di hari Tasyrik.
Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Menghidupkan dzikir pada hari Tasyrik dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti (Lathaiful Ma’arif, 504 – 505):
Takbiran setelah shalat wajib: Ini seperti yang dilakukan oleh para sahabat. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bertakbir setelah shalat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga setelah dzuhur tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi, sanadnya dishahihkan al-Albani)
Mengingat Allah saat menyembelih qurban: Penyembelihan qurban dapat dilaksanakan sampai hari Tasyrik berakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
“Di setiap hari Tasyrik, boleh menyembelih.” (HR. Ahmad, ibn Hibban, Ad-Daruquthni, dan lainnya).
Berdzikir sebelum makan dan memuji Allah setelah makan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله عزَّ وجل يرضى عن العبد أن يأكل الأكلة فيحمده عليها ، ويشرب الشَّربة فيحمده عليها
“Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba yang makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji Allah karenanya.” (HR. Muslim 2734)
Melantunkan takbir saat melempar jumrah: Ini dilakukan oleh jamaah haji.
Memperbanyak takbir secara umum, di manapun dan kapanpun: Umar radhiyallahu ‘anhu melantunkan takbir di kemahnya di Mina, diikuti oleh banyak orang sehingga Mina bergetar karena gema takbir. (HR. Bukhari sebelum hadis no. 970)
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta