Ayat Kursi (4): Mintalah kepada Pemilik Bumi dan Langit

BEKASI, iNewsBekasi.id- Apa yang kita butuhkan dari langit, diturunkanlah hujan. Apa yang kita butuhkan dari bumi, ditumbuhkanlah tumbuh-tumbuhan. Semuanya milik Allah.
Karena itu, mintalah kepada pemilik bumi dan langit. Sebagaimana firman Allah dalam kisah Ibrahim:
(إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ)
“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah”. (al-Ankabut : 17)
Dia-lah pemilik sekaligus penguasa bumi dan langit. Maka beruntunglah orang yang hanya meminta kepada Allah karena Dia-lah Yang Maha Memiliki. Namun, betapa sengsaranya orang yang meminta kepada makhluk, yang tidak memiliki apa-apa.
Inilah konsep kepemilikan yang sesungguhnya. Semua yang ada di bumi ini adalah milik Allah SWT termasuk kita dan apa yang ada di sisi kita. Selain Allah, tidak ada yang memiliki, dan Allah Ta’ala tidak membutuhkan semua itu.
Pada pembahasan keempat ini, kita membahas firman Allah SWT yang ada dalam Ayat Kursi, yakni: (لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ) Artinya, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Ayat ini memberitakan, semuanya adalah hamba-hamba-Nya, berada dalam kekuasaan-Nya dan di bawah pengaturan dan pemerintahan-Nya. Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”. (QS Maryam:93-95)
(لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ) setelah lafadzh (لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ) adalah kata (مَا) yang menunjukkan keumuman, yaitu semua yang ada di langit dan yang ada di bumi milik Allah semata. Semuanya adalah makhluk atau ciptaan Allah Ta’ala.
Karena semua yang ada di bumi dan di langit adalah milik Allah, maka semuanya juga bergantung kepada Allah sebagai pemberi rezekinya. Karena itu, barangsiapa yang ingin kebutuhannya dimudahkan dan kehidupannya dicukupkan, mantapkanlah diri kepada Allah Ta’ala.
Selanjutnya, firman Allah SWT: (مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ) Artinya, “Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?”
Artinya, tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya. Syafaat adalah pertolongan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan pertolongan Allah adalah dengan izin-Nya.
Karena hanya Allah Ta’ala yang memiliki langit dan bumi, maka hanya Allah pula yang bisa memberikan syafaat atau pertolongan. Dalam perkara kecil pun, ingat Allah dan mohonlah pertolongan-Nya.
Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman: “Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya). (QS An Najm: 26)
Allah SWT juga berfirman:
“dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah”. (QS Al-Anbiyaa:28)
Demikianlah keagungan, kebesaran, dan ketinggian Allah Ta’ala, hingga tidak ada seorang pun yang berani memberikan syafaat kepada seseorang di sisi-Nya melainkan dengan izin dari-Nya.
Seperti hal yang disebutkan di dalam hadis mengenai syafaat, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku datang ke bawah Arasy, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah membiarkan diriku dalam keadaan demikian menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Dia berfirman, Angkatlah kepalamu dan katakanlah (apa yang engkau kehendaki), niscaya kamu didengar, dan mintalah syafaat, niscaya kamu diberi izin untuk memberi syafaat.”
Nabi SAW melanjutkan kisahnya, “Kemudian Allah memberikan suatu batasan kepadaku, lalu aku masukkan mereka ke dalam surga.”
As-Sa’di mengatakan, Dia-lah Raja segala raja dan Dia-lah yang memiliki segala sifat raja, pengaturan, kekuasaan, dan kesombongan, dan dari kesempurnaan kerajaan-Nya. Tidak ada yang dapat “memberi syafaat di sisi Allah,” yakni tak seorang pun, “kecuali dengan izin-Nya.”
Setiap pemuka kaum dan para pemegang syafa’at adalah hamba-hamba bagi-Nya dan budak-budak-Nya, di mana mereka tidak melakukan syafaat hingga mereka diizinkan untuk itu. Allah berfirman: “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS Az-Zumar: 44)
Dan Allah tidak memberikan izin kepada seorang pun untuk memberikan syafaat kecuali bagi mereka yang Dia ridhai, dan Dia tidak meridhai kecuali mereka yang mentauhidkan-Nya dan mengikuti Rasul-Nya.
Intinya, tidak seorang pun dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Syafaat itu semuanya milik Allah. Akan tetapi, Allah SWT apabila hendak merahmati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, Dia mengizinkan kepada orang yang hendak dimuliakan-Nya untuk memberi syafaat, dan yang akan memberi syafaat tidak memulai memberi syafaat sebelum mendapat izin-Nya.
Editor : Wahab Firmansyah