Bung Karno dan Bung Hatta pun bergiliran keluar ruangan untuk santap sahur dengan menu seadanya yang disiapkan para asisten rumah tangga Maeda. Menu hanya ada ikan sarden, telur dan roti, tanpa nasi.
“Lewat pukul 04.00 subuh, perumusah naskah proklamasi rampung. Soekarno melangkah keluar setelah mengambil makanan di dapur untuk sahur. Hatta menyusul, seusai membuka sekaleng ikan sarden dan mencampurnya dengan telur,” tulis Rosihan Anwar dalam ‘Sutan Sjahrir: True Democrat, Fighter for Humanity 1909-1966’.
Selepas sahur, kedua proklamator pun pulang diantar mobil . Hampir tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka, saking lelah dan terkurasnya tenaga, pikiran dan emosi mereka dalam beberapa hari terakhir.
“Semoga saja apa yang kita upayakan selama ini untuk Indonesia Merdeka, dapat berguna bagi anak cucu kelak,” cetus Bung Karno memecah keheningan.
“Ya, aku juga berharap demikian,” jawab Hatta sembari mengangguk pelan, sebagaimana dikutip buku ‘Hatta: Aku Datang karena Sejarah’ oleh Sergius Sutanto.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta