get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Dia 7 Pemilik Akun Medsos Provokasi Demo Ricuh, Ada Pasutri yang Ajak Geruduk Rumah Sahroni

Kriminolog: Penjarahan 30 Agustus Bukan Aksi Spontan, Tapi Sudah Ditargetkan

Senin, 03 November 2025 | 17:33 WIB
header img
Kriminolog Prof. Adrianus Eliasta Sembiring. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Kriminolog Prof. Drs. Adrianus Eliasta Sembiring menegaskan bahwa aksi penjarahan yang terjadi pada 30 Agustus 2025 bukanlah tindakan spontan, melainkan sudah ditargetkan secara terencana. Hal itu disampaikan saat dirinya menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI bertajuk “Sidang Bersama Permintaan Keterangan Saksi dan Pendapat Ahli”, Senin (3/11/2025).

Dalam sidang tersebut, Adrianus menyoroti bahaya penyebaran hoaks di ruang digital yang dinilai berperan besar dalam memicu konflik sosial, termasuk dalam peristiwa pasca demo besar di DPR pada Agustus lalu.

“Saya setuju hukum dipergunakan secara tegas, tanpa pandang bulu. Bahwa ada pembuat hoaks yang dimaafkan, bisa dimediasikan, itu bagus juga tetapi mungkin akan memberi satu sinyal yang salah bagi banyak orang bahwa, ‘oh its okay ya membuat hoaks’, atau ‘oh its okay ya menyakiti orang’, itu yang saya kira perlu dipertimbangkan,” ujar Adrianus Eliasta dalam persidangan MKD DPR RI, Senin (3/11/2025).

Saat menjawab pertanyaan anggota MKD, Rano Alfath, terkait adanya provokasi dalam tragedi penjarahan, Adrianus mengungkap indikasi adanya targeted looting atau penjarahan yang terencana dan terarah.

“Ada 10 rumah tapi hanya rumah-rumah tertentu yang dijarah. Ini yang menunjukkan adanya targeted looting, penjarahan yang memang ditargetkan, bukan spontan. Yang kedua, sebagai akademik, saya melihat dari video yang beredar (di-edit) seakan-akan ada hubungan langsung dengan penjarahan,” jelasnya.

Ia menambahkan, penyebaran video dan konten manipulatif di media sosial turut memengaruhi psikologi massa dan menjadi pemicu lanjutan aksi kekerasan.

“Dari video-video itu lalu memengaruhi putusan orang, untuk kemudian melakukan tindakan penjarahan. Dan ditambah adanya triggering, pencetus, ajakan-ajakan untuk kumpul di sini, bakar Monas, serang Mabes Polri,” tambah Adrianus.

Pernyataan Adrianus memperkuat pandangan sejumlah ahli sebelumnya yang menyebut bahwa gelombang kemarahan publik terhadap DPR pada Agustus lalu tidak sepenuhnya murni. Aksi tersebut diyakini dipicu oleh masifnya penyebaran hoaks dan penggiringan opini di media sosial yang memicu tindakan anarkistis di lapangan.

 

Editor : Wahab Firmansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut